Thursday 8 March 2012

Opini Publik (Public Opinion)

  1. Pengertian Opini Publik/Pendapat Umum
Pendapat umum ialah gabungan pendapat perseorangan mengenai suatu isu yang dapat memengaruhi orang lain, serta memungkinkan seseorang dapat memengaruhi pendapat-pendapat tersebut. Ini berarti pendapat umum hanya bisa terbentuk kalau menjadi bahan pembicaraan umum, atau jika banyak orang penting (elite) mengemukakan pendapat mereka tentang suatu isu sehingga bisa menimbulkan pro atau kontra di kalangan anggota masyarakat.
Menurut Leonardo W. Doob, suatu isu baru dapat dikatakan pendapat umum setelah masyarakat menyatakan pendapatnya. Sepanjang pendapat itu sifatnya orang perorang, ia baru menjadi pendapat pribadi. Namun, perlu diketahui bahwa pendapat pribadi tidak bisa dipisahkan dengan pendapat umum sebab pendapat umum dibangun berdasarkan pendapat perorangan (pribadi) terhadap isu yang diminati oleh orang banyak. Jadi sebuah pendapat pribadi bisa saja menjadi bagia dari pendapat umum jika seseorang ikut terlibat dalam membicarakan masalah yang banyak dibicarakan oleh masyarakat, apalagi jika pendapat itu dikemukakan lewat media massa. Misalnya kebijakan pemerintah untuk menaikkan bahan bakar minyak (BBM), atau keputusan bupati untuk merelokasi pedagang kaki lima (PKL). Demikian juga halnyay hasil riset yang dilakukan melalui jajak pendapat oleh orang yang tidak dikenal juga dapat dinilai sebagai pendapat umum.[1]
  1. Pembentukan Opini Publik
Opini publik tidak dibentuk dalam isolasi, dan tidak hanya menjadi bagian terintegrasi dari proses komunikasi politik saja, akan tetapi juga dari proses-proses sosialisasi, partisipasi dan pengrekrutan. Opini publik tersebut erat terlibat dalam setiap proses, sebab apa yang diketahui orang (atau yang dianggap mereka diketahui) dan diyakini pengetahuan, nilai-nilai dan sikap-sikap mereka merupakan faktor penting dalam penentuan tingkah laku politik mereka.
Kenyataan dalam praktek menunjukkan adanya jumlah yang tidak terbatas dari opini publik mengenai jajaran perosalan yang tiada terbatas pula. Benar bahwa di dalam suatu masyarakat mengenai hal-hal tertentu, mayoritas penduduknya yang luar biasa jumlahnya ternyata mempunyai satu sikap, yaitu berpegang teguh pada nilai-nilai tertetu yang sama, tetapi hal ini belum merupakan kebulatan pendapat yang bisa meliputi semua kejadian, sebab mengenai kejadian-kejadian tersebut masyarakat (penduduknya) mempunyai pendapat sendiri-sendiri.
Demikianlah, mungkin terdapat persetujuan umum mengenai pengaturan masyarakat. Akan tetapi kecil kemungkinannya jika persetujuan sedemikian itu bisa berlaku bagi hal-hal yang memengaruhi beberapa individu (atau kelompok-kelompok individu) tertentu dan tidak mempengaruhi beberapa orang yang lebih kuat daripada yang lainnya, atau lagi mempengaruhi beberapa orang dengan cara tertentu, sedang yang lainnya dengan cara berbeda, semua itu mungkin terjadi, seperti yang dikemukakan oleh Robert lane dan David Sears bahwa pendapat umum itu akanm memberi pengarahan. Ini berarti bahwa beberapa individu akan menyetujui satu sudut pandangan tertentu, sedang individu lain menentangnya. Orang mungkin merasa tidak pasti (aman) untuk menyatakan pendapatnya dengan cara lain. Umpanya, berbagai penelitian memperlihatkan, bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin besar kemungkinannyay ia mampu mengkualifikasikan pendapatnya dengan satu cara tertentu. Dengan mengecualikan orang-orang yang tidak memiliki pendapat sama sekali mengenai suatu hal tertentu, kebanyak titik pandangan dapat dilihat atas dasar pro-kontra.
Pengarahan merupakan ciri pokok dari suatu pendapat, karena ha itu mengindikasikan bentuk dasarnya, akan tetapi ada dua karakteristik lain yang menunjukkan  pentingnya pengaraha tersebut. Yang pertama adalah intensitas, dengan mana pendapat itu dilontarkan bila seseorang menganut suatu pendapat yang sangat kuat. Ia lebih mungkin bertindak menuruti pendapatnya daripada pendapat orang lain yang tidak kuat intensitasnya.
Hal ini penting, bila suatu pendapat itu dianut dengan kuat oleh tidak hanya seorang individu saja, tetapi juga oleh sekelompok individu. Jelaslah bahwa maslah intensitas sangat penting dalam partisipasi politik pada umumnya, dan pengrekrutan pada khususnya. Karakterisitik kedua yang penting, yaitu pentingnya masalah, erat hubungannya dengan intensitas, tetapi juga berkaitan dengan berbagai pendapat yang mungkin dianut seseorang. Karena beberapa pendapat dianggap lebih penting dari pada yang lainnya, maka mungin saja terjadi pnonjolan pembicaraan pada suatu pendapat tertentu.[2]
Pengaruh para pemimpin politik tidak merupakan satu-satunya alat yang dapat mengubah opini publik. Bagaimanapun, peranan para pemimpin dalam perubahan demikian menjadi salah satu ciri yang menentukan dari opini publik, yaitu baik mengalamii perubahan, maupun merupakan faktor dalam perubahan.
Perubahan dalam pendapat umum bergantung pada dua faktor. Pertama, dari jumlah perlawanan untuk mengubah segala yang ada. Kedua, pada evaluasi dari sumber-sumber informasi atas mana pendapat tadi didasarkan. Adalah penting untuk menilai, bahwa keyakinan terhadap suatu sumebr dapat merupakan faktor untuk mendorong ataupun mengahambat perubahan. Sesungguhnya, pembentukan pendapat umum seringkali menjurus pada prakarsa sedemikian itu, karena pendapat yang dianut secara kuat dapat menjadi faktor penentu yang mengarah ke suatu bentuk partisipasi politik.
Selanjutnya, suatu kenyataan bahwa suatu pendapat bisa dianut secara luas, misalnya oleh mayoritas masyarakat, jelas adalah penting. Pada umumnya hal ini merupakan faktor refleks, yaitu suatu faktor penting, terutama tidak di dalam pengambilan prakarsa, akan tetapi sebagai reaksi terhadapnya.[3]
  1. Sifat Opini Publik
Opini publik atau pendapat umum pada dasarnya memiliki empat macam sifat, yakni sebagai berikut:
1.      Sifat penyederhanaan
2.      Sifat labil (mudah berubah)
3.      Sifat aktualitas, baru dan hangat.
4.      Sifat umum (universalitas) yaitu pendapat yang mewakili masyarakat luas.
5.      Sifat affinitas, yaitu antara komunikator dan komunikan memiliki hubungan erat dalam bentuk pertemanan yang baik.
Selain sifat pendapat umum yang telah dikemukakan, juga terdapat sifat lain dari pendapat umum, yakni sebagai berikut:
1.      Pendapat umum bersifat sensitif, reaktif, dan merisaukan.
2.      Pendapat umum peka terhadap kejadian yang sifatnya luar biasa.
3.      Pendapat umum lebih banyak dipengaruhi oleh fakta kejadian daripada kata-kata atau ucapan.
4.      Pendapat yang dikemukakan seseorang cenderung dikaitkan dengan kepentingan dirinya, dan jika kepentingan pribadi terkait, pendapat sering kali sulit diubah.
5.      Dalam masyarakat demokrasi, pendapat umum sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan dan volume informasi yang dimiliki.
6.      Dalam situasi yang kritis, orang cenderung mencari pegangan pada orang yang bisa memimpinnya. Bila pemimpin mereka mampu menunjukkan kewibawaannya, si pemimpin akan menerima dukungan sepenuhnya. Sebaliknya jika tidak, ia akan kehilangan kepercayaan.[4]
  1. Karakteristik Opini Publik
Opini publik juga memiliki karakteristik dan ciri-ciri tertentu. Pertama, terdapat isi, arah, dan intensitas mengenai opini publik. Ciri-ciri ini menyangkut opini publik tentang tokoh politik, partai, peristiwa dan segala jenis isu. Kedua, kontroversi menandai opini publik, artinya sesuatu yang tidak disepakati seluruh rakyat. Ketiga, opini publik mempunyai volume berdasarkan kenyataan bahwa kontroversi itu menyentuh semua orang yang merasakan konsekuensi langsung dan tak langsung daripadanya meskipun mereka bukan pihak pada pertikaian semula. Keempat, opini publik itu relatif tetap. Tidak dapat dikatakan berapa lama, tetapi opini publik yang menghasilkan kontroversi sering bertahan agak lama.
Selain karakteristik opini publik yang disebutkan di atas ada satu ciri lain dari opini publik yaitu penampilannya yang pruralis. Dikenal adanya tiga wajah dalam opini publik. Wajah yang pertama ialah wajah opini massa, pengungkapan yang sebagian besar tidak terorganisasi yang disebut orang sebagai publik, komunitas, opini latar belakang, konsensus, atau suasana publik. Opini massa berasal dari perseorangan yang mencapai pilihan personal dan konsidensi pilihan ini melalui proses selektivitas konvergen, suatu alat untuk mencapai ketertiban sosial yang telah dikemukakan penting untuk menghasilkan pemimpin simbolik, persuasi massa, dan komunikasi massa. Dari  opini publik terdiri atas semua pengungkapan tentang persetujuan berbagai kelompok, yaitu wajah opini kelompok. Setiap kelompok merupakan publik tersendiri yang dipengaruhi oleh konsekuensi pertikaian tertentu dengan berbagai cara. Wajah opini publik ini muncul baik melalui alat kontrol sosial yang berorganisasi maupun melalui memberi dan menerima dari kelompok yang melakukan negosiasi dengan satu sama lain.wajah ketiga dari opini publik ialah opini rakyat, yaitu perjumlahan opini perseorangan seperti yang diukur oleh poll dan survai politik, kecenderungan ukuran yang lain, pilihan membeli pada konsumen, pemberian suara pada pemilihan umum dan sebagainya.
Penting untuk diketahui dua hal yang menyangkut ciri pluralis opini publik. Pertama, opini pulik tidak identik dengan yang mana pun dari ketiga wajah ini, opini publik adalah pengungkapan kolektif dan kepercayaan, nilai, dan pengharapan personal yang tampil melalui saling pengaruh dari ketiga manifestasi. Kedua, ialah bahwa ketiga wajah opini publoik itu bisa tidak konsisten terhadap satu sama lain, artinya opini massa yang oleh para pemimpin dilambangkan sebagai publik, posisi kelompok terorganisasi, dan opini rakyat yang diukur bisa saling berkontradiksi. [5]
  1. Implikasi untuk Memikirkan Opini Publik
Ada beberapa implikasi sosial yang inheren dalam pandangan opini publik. Satu diantaranya menunjuk pada peran yang dimainkan oleh media massa dalam proses opini. Salah satu artinya ialah bahwa media membantu menciptakan opini publik yang tidak semata-mata dengan mengatakan kepada rakyat apa yang harus dipikirkan, fungsi agenda setting. Akan tetapi ada juga arti lain, yaitu bahwa media memang mengatakan apa yang harus dipikirkan. Sejauh orang masih mengandalkan media yang mana pun, massa, interpersonal, organisasi, bagi sampling personal mereka tentang apa yang dipikirkan oleh orang lain, media menyajikan gambaran tentang konsensus sosial. Pada pokok masalah utama mengenai kepentingan nasionallah media massa menyajikan, melalui gambaran seperti itu, berbagai jenis tekanan lingkungan yang mulai ditanggapi orang dengan sigap, persetujuan atau dengan diam. Sepanjang gambaran media itu mengemukakan pandangan orang yang jumlahnya relatif kecil dan itu merupakan pandangan yang dipercaya dan dinilai oleh mayoritas, orang ragu-ragu menyuarakan apap yang media lukiskan sebagai opini minoritas, “kecenderungan mayoritas tetap tidak bersuara sanagt besar dan memebrikan kesan mayoritas yang bisu”. Akibatnya yang wajar, adalah implikasi sosial yang lain yang dikemukakan oleh Noelle Neumann: (1) mayoritas sekarang yang dipersepsi sebagai minoritas akan berkurang di masa depan, sedangkan minoritas sekarang yang dipersepsi sebagai mayoritas bertambah. (2) mayoritas sekarang yang terbagi pengharapannya tentang apa yang terkandung di masa depan lebih cenderung berkurang dibandingkan dengan mayoritas yang pengharapannya dipersatukan sehingga merekaakan tetap menjadi mayoritas di masa depan. (3) jika timbul ketidakpastian tentang kekuatan di masa depan dari opini yang umum sekarang, ini mengisyaratkan perubahan, barangkali pembalikan, pada pandangan yang umum, dan (4) suatu kelompok yang lebih bersedia mempublikasikan pandangannya dan mampu memberikan kesan sebagai mayoritas lebih besar kemungkinan dapat menguasai masa depan.[6]
Kesimpulan
            Opini publik bukan sekedar alat kontrol sosial dari komunikasi massa. Dengan menggunakan komunikasi, media dan periklanan massa, elite politik tidak hanya merefleksikan, tetapi juga membantu menciptakan pengharapan massa dan mitos yang diterima secara luas. Opini publik dibentuk dan diungkapkan sebagian besar melalui cara operasi kemasyarakatan. Seperti masyarakat, opini publik adalah kegiatan yang disusun melalui kontrol sosial, sesuai dengan pilihan personal, dan transaksi personal serta kelompok. Namun melalui kontrol sosial, termasuk manipulasi lambang yang menarik,  propaganda, hubungan masyarakat, dan pengelolaan berita, kelompok di dalam dan di luar pemerintahan mencoba, dan sering berhasil, mempengaruhi sentimen perseorangan dan organisasi pemerintahannya. 
Referensi
Cangara, Hafied. 2009. Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Rush, Michael & Althoff, Phillip. 2005. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Nimmo, Dan. 2001. Komunikasi poliitk: Khalayak dan Efek. Bandung: Remaja Rosdakarya.




[1] Hafied Cangara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009 ), Hlm: 158.
[2] Michael Rush & Phillip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), Hlm: 273-275.
[3] Rush & Althoff, Ibid., Hlm: 284-286.
[4] Cangara, Ibid., Hlm: 172-174.
[5] Dan Nimmo, Komunikasi poliitk: Khalayak dan Efek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), Hlm: 25-26.
[6] Nimmo, Ibid., Hlm: 27-28.

No comments:

Post a Comment