- Pengertian Opini Publik/Pendapat Umum
Pendapat umum ialah gabungan pendapat
perseorangan mengenai suatu isu yang dapat memengaruhi orang lain, serta
memungkinkan seseorang dapat memengaruhi pendapat-pendapat tersebut. Ini
berarti pendapat umum hanya bisa terbentuk kalau menjadi bahan pembicaraan
umum, atau jika banyak orang penting (elite)
mengemukakan pendapat mereka tentang suatu isu sehingga bisa menimbulkan pro
atau kontra di kalangan anggota masyarakat.
Menurut Leonardo W. Doob, suatu isu baru
dapat dikatakan pendapat umum setelah masyarakat menyatakan pendapatnya.
Sepanjang pendapat itu sifatnya orang perorang, ia baru menjadi pendapat
pribadi. Namun, perlu diketahui bahwa pendapat pribadi tidak bisa dipisahkan
dengan pendapat umum sebab pendapat umum dibangun berdasarkan pendapat
perorangan (pribadi) terhadap isu yang diminati oleh orang banyak. Jadi sebuah
pendapat pribadi bisa saja menjadi bagia dari pendapat umum jika seseorang ikut
terlibat dalam membicarakan masalah yang banyak dibicarakan oleh masyarakat,
apalagi jika pendapat itu dikemukakan lewat media massa. Misalnya kebijakan
pemerintah untuk menaikkan bahan bakar minyak (BBM), atau keputusan bupati
untuk merelokasi pedagang kaki lima (PKL). Demikian juga halnyay hasil riset
yang dilakukan melalui jajak pendapat oleh orang yang tidak dikenal juga dapat
dinilai sebagai pendapat umum.[1]
- Pembentukan Opini Publik
Opini publik tidak dibentuk dalam
isolasi, dan tidak hanya menjadi bagian terintegrasi dari proses komunikasi
politik saja, akan tetapi juga dari proses-proses sosialisasi, partisipasi dan
pengrekrutan. Opini publik tersebut erat terlibat dalam setiap proses, sebab
apa yang diketahui orang (atau yang dianggap mereka diketahui) dan diyakini
pengetahuan, nilai-nilai dan sikap-sikap mereka merupakan faktor penting dalam
penentuan tingkah laku politik mereka.
Kenyataan dalam praktek menunjukkan adanya
jumlah yang tidak terbatas dari opini publik mengenai jajaran perosalan yang
tiada terbatas pula. Benar bahwa di dalam suatu masyarakat mengenai hal-hal
tertentu, mayoritas penduduknya yang luar biasa jumlahnya ternyata mempunyai
satu sikap, yaitu berpegang teguh pada nilai-nilai tertetu yang sama, tetapi
hal ini belum merupakan kebulatan pendapat yang bisa meliputi semua kejadian,
sebab mengenai kejadian-kejadian tersebut masyarakat (penduduknya) mempunyai
pendapat sendiri-sendiri.
Demikianlah, mungkin terdapat
persetujuan umum mengenai pengaturan masyarakat. Akan tetapi kecil
kemungkinannya jika persetujuan sedemikian itu bisa berlaku bagi hal-hal yang
memengaruhi beberapa individu (atau kelompok-kelompok individu) tertentu dan
tidak mempengaruhi beberapa orang yang lebih kuat daripada yang lainnya, atau
lagi mempengaruhi beberapa orang dengan cara tertentu, sedang yang lainnya
dengan cara berbeda, semua itu mungkin terjadi, seperti yang dikemukakan oleh
Robert lane dan David Sears bahwa pendapat umum itu akanm memberi pengarahan.
Ini berarti bahwa beberapa individu akan menyetujui satu sudut pandangan
tertentu, sedang individu lain menentangnya. Orang mungkin merasa tidak pasti
(aman) untuk menyatakan pendapatnya dengan cara lain. Umpanya, berbagai penelitian
memperlihatkan, bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin
besar kemungkinannyay ia mampu mengkualifikasikan pendapatnya dengan satu cara
tertentu. Dengan mengecualikan orang-orang yang tidak memiliki pendapat sama
sekali mengenai suatu hal tertentu, kebanyak titik pandangan dapat dilihat atas
dasar pro-kontra.
Pengarahan merupakan ciri pokok dari
suatu pendapat, karena ha itu mengindikasikan bentuk dasarnya, akan tetapi ada
dua karakteristik lain yang menunjukkan
pentingnya pengaraha tersebut. Yang pertama adalah intensitas, dengan
mana pendapat itu dilontarkan bila seseorang menganut suatu pendapat yang
sangat kuat. Ia lebih mungkin bertindak menuruti pendapatnya daripada pendapat
orang lain yang tidak kuat intensitasnya.
Hal ini penting, bila suatu pendapat itu
dianut dengan kuat oleh tidak hanya seorang individu saja, tetapi juga oleh
sekelompok individu. Jelaslah bahwa maslah intensitas sangat penting dalam
partisipasi politik pada umumnya, dan pengrekrutan pada khususnya. Karakterisitik
kedua yang penting, yaitu pentingnya masalah, erat hubungannya dengan
intensitas, tetapi juga berkaitan dengan berbagai pendapat yang mungkin dianut
seseorang. Karena beberapa pendapat dianggap lebih penting dari pada yang
lainnya, maka mungin saja terjadi pnonjolan pembicaraan pada suatu pendapat
tertentu.[2]
Pengaruh para pemimpin politik tidak
merupakan satu-satunya alat yang dapat mengubah opini publik. Bagaimanapun,
peranan para pemimpin dalam perubahan demikian menjadi salah satu ciri yang menentukan
dari opini publik, yaitu baik mengalamii perubahan, maupun merupakan faktor
dalam perubahan.
Perubahan dalam pendapat umum bergantung
pada dua faktor. Pertama, dari jumlah perlawanan untuk mengubah segala yang
ada. Kedua, pada evaluasi dari sumber-sumber informasi atas mana pendapat tadi
didasarkan. Adalah penting untuk menilai, bahwa keyakinan terhadap suatu sumebr
dapat merupakan faktor untuk mendorong ataupun mengahambat perubahan.
Sesungguhnya, pembentukan pendapat umum seringkali menjurus pada prakarsa
sedemikian itu, karena pendapat yang dianut secara kuat dapat menjadi faktor
penentu yang mengarah ke suatu bentuk partisipasi politik.
Selanjutnya, suatu kenyataan bahwa suatu
pendapat bisa dianut secara luas, misalnya oleh mayoritas masyarakat, jelas
adalah penting. Pada umumnya hal ini merupakan faktor refleks, yaitu suatu
faktor penting, terutama tidak di dalam pengambilan prakarsa, akan tetapi
sebagai reaksi terhadapnya.[3]
- Sifat Opini Publik
Opini publik atau pendapat umum pada
dasarnya memiliki empat macam sifat, yakni sebagai berikut:
1.
Sifat penyederhanaan
2.
Sifat labil (mudah berubah)
3.
Sifat aktualitas, baru dan hangat.
4.
Sifat umum (universalitas) yaitu
pendapat yang mewakili masyarakat luas.
5.
Sifat affinitas, yaitu antara
komunikator dan komunikan memiliki hubungan erat dalam bentuk pertemanan yang
baik.
Selain sifat pendapat umum yang telah
dikemukakan, juga terdapat sifat lain dari pendapat umum, yakni sebagai
berikut:
1.
Pendapat umum bersifat sensitif,
reaktif, dan merisaukan.
2.
Pendapat umum peka terhadap kejadian
yang sifatnya luar biasa.
3.
Pendapat umum lebih banyak dipengaruhi
oleh fakta kejadian daripada kata-kata atau ucapan.
4.
Pendapat yang dikemukakan seseorang
cenderung dikaitkan dengan kepentingan dirinya, dan jika kepentingan pribadi
terkait, pendapat sering kali sulit diubah.
5.
Dalam masyarakat demokrasi, pendapat
umum sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan dan volume informasi yang
dimiliki.
6.
Dalam situasi yang kritis, orang
cenderung mencari pegangan pada orang yang bisa memimpinnya. Bila pemimpin
mereka mampu menunjukkan kewibawaannya, si pemimpin akan menerima dukungan
sepenuhnya. Sebaliknya jika tidak, ia akan kehilangan kepercayaan.[4]
- Karakteristik Opini Publik
Opini publik juga memiliki karakteristik
dan ciri-ciri tertentu. Pertama, terdapat isi, arah, dan intensitas mengenai
opini publik. Ciri-ciri ini menyangkut opini publik tentang tokoh politik,
partai, peristiwa dan segala jenis isu. Kedua, kontroversi menandai opini
publik, artinya sesuatu yang tidak disepakati seluruh rakyat. Ketiga, opini
publik mempunyai volume berdasarkan kenyataan bahwa kontroversi itu menyentuh
semua orang yang merasakan konsekuensi langsung dan tak langsung daripadanya
meskipun mereka bukan pihak pada pertikaian semula. Keempat, opini publik itu
relatif tetap. Tidak dapat dikatakan berapa lama, tetapi opini publik yang
menghasilkan kontroversi sering bertahan agak lama.
Selain karakteristik opini publik yang
disebutkan di atas ada satu ciri lain dari opini publik yaitu penampilannya
yang pruralis. Dikenal adanya tiga wajah dalam opini publik. Wajah yang pertama
ialah wajah opini massa, pengungkapan yang sebagian besar tidak terorganisasi
yang disebut orang sebagai publik, komunitas, opini latar belakang, konsensus,
atau suasana publik. Opini massa berasal dari perseorangan yang mencapai
pilihan personal dan konsidensi pilihan ini melalui proses selektivitas
konvergen, suatu alat untuk mencapai ketertiban sosial yang telah dikemukakan
penting untuk menghasilkan pemimpin simbolik, persuasi massa, dan komunikasi massa.
Dari opini publik terdiri atas semua
pengungkapan tentang persetujuan berbagai kelompok, yaitu wajah opini kelompok.
Setiap kelompok merupakan publik tersendiri yang dipengaruhi oleh konsekuensi
pertikaian tertentu dengan berbagai cara. Wajah opini publik ini muncul baik
melalui alat kontrol sosial yang berorganisasi maupun melalui memberi dan
menerima dari kelompok yang melakukan negosiasi dengan satu sama lain.wajah
ketiga dari opini publik ialah opini rakyat, yaitu perjumlahan opini
perseorangan seperti yang diukur oleh poll
dan survai politik, kecenderungan ukuran yang lain, pilihan membeli pada
konsumen, pemberian suara pada pemilihan umum dan sebagainya.
Penting untuk diketahui dua hal yang
menyangkut ciri pluralis opini publik. Pertama, opini pulik tidak identik
dengan yang mana pun dari ketiga wajah ini, opini publik adalah pengungkapan
kolektif dan kepercayaan, nilai, dan pengharapan personal yang tampil melalui
saling pengaruh dari ketiga manifestasi. Kedua, ialah bahwa ketiga wajah opini
publoik itu bisa tidak konsisten terhadap satu sama lain, artinya opini massa
yang oleh para pemimpin dilambangkan sebagai publik, posisi kelompok
terorganisasi, dan opini rakyat yang diukur bisa saling berkontradiksi. [5]
- Implikasi untuk Memikirkan Opini Publik
Ada
beberapa implikasi sosial yang inheren dalam pandangan opini publik. Satu
diantaranya menunjuk pada peran yang dimainkan oleh media massa dalam proses
opini. Salah satu artinya ialah bahwa media membantu menciptakan opini publik
yang tidak semata-mata dengan mengatakan kepada rakyat apa yang harus
dipikirkan, fungsi agenda setting. Akan tetapi ada juga arti lain, yaitu bahwa
media memang mengatakan apa yang harus dipikirkan. Sejauh orang masih
mengandalkan media yang mana pun, massa, interpersonal, organisasi, bagi
sampling personal mereka tentang apa yang dipikirkan oleh orang lain, media
menyajikan gambaran tentang konsensus sosial. Pada pokok masalah utama mengenai
kepentingan nasionallah media massa menyajikan, melalui gambaran seperti itu,
berbagai jenis tekanan lingkungan yang mulai ditanggapi orang dengan sigap,
persetujuan atau dengan diam. Sepanjang gambaran media itu mengemukakan
pandangan orang yang jumlahnya relatif kecil dan itu merupakan pandangan yang
dipercaya dan dinilai oleh mayoritas, orang ragu-ragu menyuarakan apap yang
media lukiskan sebagai opini minoritas, “kecenderungan mayoritas tetap tidak
bersuara sanagt besar dan memebrikan kesan mayoritas yang bisu”. Akibatnya yang
wajar, adalah implikasi sosial yang lain yang dikemukakan oleh Noelle Neumann:
(1) mayoritas sekarang yang dipersepsi sebagai minoritas akan berkurang di masa
depan, sedangkan minoritas sekarang yang dipersepsi sebagai mayoritas
bertambah. (2) mayoritas sekarang yang terbagi pengharapannya tentang apa yang
terkandung di masa depan lebih cenderung berkurang dibandingkan dengan
mayoritas yang pengharapannya dipersatukan sehingga merekaakan tetap menjadi
mayoritas di masa depan. (3) jika timbul ketidakpastian tentang kekuatan di
masa depan dari opini yang umum sekarang, ini mengisyaratkan perubahan,
barangkali pembalikan, pada pandangan yang umum, dan (4) suatu kelompok yang
lebih bersedia mempublikasikan pandangannya dan mampu memberikan kesan sebagai
mayoritas lebih besar kemungkinan dapat menguasai masa depan.[6]
Kesimpulan
Opini
publik bukan sekedar alat kontrol sosial dari komunikasi massa. Dengan
menggunakan komunikasi, media dan periklanan massa, elite politik tidak hanya
merefleksikan, tetapi juga membantu menciptakan pengharapan massa dan mitos
yang diterima secara luas. Opini publik dibentuk dan diungkapkan sebagian besar
melalui cara operasi kemasyarakatan. Seperti masyarakat, opini publik adalah
kegiatan yang disusun melalui kontrol sosial, sesuai dengan pilihan personal,
dan transaksi personal serta kelompok. Namun melalui kontrol sosial, termasuk
manipulasi lambang yang menarik,
propaganda, hubungan masyarakat, dan pengelolaan berita, kelompok di
dalam dan di luar pemerintahan mencoba, dan sering berhasil, mempengaruhi sentimen
perseorangan dan organisasi pemerintahannya.
Referensi
Cangara, Hafied. 2009. Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan
Strategi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Rush, Michael & Althoff, Phillip.
2005. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Nimmo,
Dan. 2001. Komunikasi poliitk: Khalayak
dan Efek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
[1]
Hafied Cangara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan
Strategi (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009 ), Hlm: 158.
[2]
Michael Rush & Phillip
Althoff, Pengantar Sosiologi Politik (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2005), Hlm: 273-275.
[3]
Rush & Althoff, Ibid., Hlm: 284-286.
[4]
Cangara, Ibid., Hlm: 172-174.
[5]
Dan Nimmo, Komunikasi poliitk: Khalayak dan Efek (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2001), Hlm: 25-26.
[6]
Nimmo, Ibid., Hlm: 27-28.
No comments:
Post a Comment