- Definisi Komunikasi Politik
Komunikasi adalah proses interaksi
sosial yang digunakan orang untuk menyusun makna yang merupakan citra mereka
mengenai dunia (yang berdasarkan itu mereka bertindak) dan untuk bertukar citra
itu melalui simbol-simbol. Sedangkan politik adalah proses, dan seperti
komunikasi, politik melibatkan pembicaraan. Ini bukan pembicaraan dalam arti
sempit seperti kata yang diucapkan, melainkan pembicaraan dalam arti yang lebih
inklusif, yang berarti segala cara orang bertukar simbol kata-kata yang
dituliskan dan diucapkan, gambar, gerakan, sikap tubuh, perangai, dan pakaian.
Oleh karena banyak aspek kehidupan politik yang dapat dilukiskan dengan
komunikasi, sehingga disebut dengan komunikasi politik.[1]
- Konsep komunikasi politik
Komunikasi
merupakan proses penyampaian pesan dari sumber komunikasi kepada penerima, baik
dengan menggunakan alat maupun tatap muka. Kemudian dari kejadian tersebut ada
dan terjadinya umpan balik untuk menilai akibat dari penerimaan pesan yang
disampaikan. Hal tersebut berguna sebagai dasar dari proses komunikasi
masyarakat. Menurut Fagen komunikasi politik berjalan satu arah dari sumber
kepada penerima komunikasi tersebut. Agar memenuhi tujuan, rumusan tersebut
perlu dimodifikasi. Fagen
menambah usulan bahwa untuk kepentingan penelitian terdapat 3 hal yang penting:
1.
Komunikasi sebagai proses mengisi
politik sebagai suatu kegiatan.
2. Apabila hal-hal itu tidak jelas
benar, maka dapat digambarkan beberapa aspek kehidupan politik sesuai tipe-tipe
komunikasi.
3.
Karena proses komunikasi memiliki
kemampuan mengisi dan elastis dari perbendaharaan konsep ilmu politik, maka ada
suatu literatur yang mungkin relevan bagi studi politik dan komunikasi.
Sebagai tambahan Kaid mengemukakan tak satupun konsep
tentang komunikasi politik bisa diterima secara luas, tetapi kecuali apa yang
disampaikan Chaffe yang secara sederhana menyampaikan bahwa komunikasi politik
adalah “peranan komunikasi dalam proses politik”.[2]
- Terminologi Komunikasi Politik
1.
Opini
Publik (public opinion)
Opini
publik adalah kumpulan pendapat orang mengenai hal ihwal yang mempengaruhi atau
menarik minat komunitas. Secara sederhana, opini ialah tindakan
mengungkapkan apa yang dipercayai, dinilai, dan diharapkan seseorang dari
objek-objek dan situasi tertentu. Tindakan itu bisa merupakan pemberian suara,
pernyataan verbal, dokumen tertulis, atau bahkan diam. Singkatnya, tindakan apa
pu yang bermakna adalah ungkapan opini. Dengan kata lain, seseorang yang
mengungkapkan opininya menunjukkan makna yang diberikan oleh orang itu kepada
hal-hal yang bersangkutan.
Proses opini adalah hubungan atau
kaitan antara (1) kepercayaan, nilai, dan usul yang dikemukakan oleh
perseorangan di depan umum dan (2) kebijakan yang dibuat oleh pejabat terpilih
dalam mengatur perbuatan sosial dalam situasi konflik, yakni dalam politik.
Dalam proses itu ada tiga tahap yait, konstruksi personal, konstruksi sosial
dan konstruksi politik.
2.
Media
Massa
Komunikasi
massa termasuk dalam kegiatan media massa dalam melakukan beberapa hal membantu
menyusun agenda pokok masalah untuk perdebatan publik, menetapkan konteks untuk
penilaian rakyat tentang kejadian, mengubah kejadian menjadi peristiwa,
mempengaruhi pengharapan rakyat tentang bagaimana akhirnya peristiwa itu, dan
dengan berbagai cara melukiskan citra tentang pemimpin politik.
Meskipun berbagai studi tidak
sepakat tentang bagaimana eratnya asosiasi antara penggunaan media massa dan
tingkat pengetahuan politik, yang menjadi konsensus ialah bahwa terpaan
televisi dan surat kabar mempunyai hubungan ynag positif dengan jumlah
informasi tentang politik yang dimiliki oleh kaum muda.[3]
Tiap-tiap lembaga media massa
memiliki politik redaksi atau kepribadia masing-masing, yang menjadi kerangka
acuan para pekerja media, dalam meliput, menyaring, dan memproduksi pesan.
Dengan demikian media massa tidak mudah dipengaruhi oleh siapapun utnuk
kepentingannya sendiri. Justru itu, para politikus, pejabat atau siapa saja
yang ingin memanfaatkan media massa sebagai media komunikasi politik, harus
memiliki kemampuan yang prima dalam menciptakan berita, yaitu peistiwa (fakta
dan opini) yang aktual. Media massa sebagai industri informasi (pesan) bekerja
berdasarkan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat.[4]
3.
Kampanye
Politik
Kegiatan komunikasi politik yang
paling semarak dan melibatkan banyak orang, adalah kampanye politik. Kegiatan
ini dilakukan menjelang pemilihan, terutama pemilihan anggota legislatif
(parlemen) yang disebut Pemilihan Umum (pemilu) atau pilihan raya. Selain
pemilihan anggota parlemen yang tidak kalah pentingnya adalah pemilihan
jabatan-jabatan politik, terutama pemilihan presiden, gubernur, dan bupati.
Kampanye politik adalah bentuk
komunikasi politik yang dilakukan oleh seorang atau sekelompok orang atau
organisasi politik dalam waktu tertentu untuk memperoleh dukungan politik dari
rakyat. Pada umumnya, kampanye politik diatur dengan peraturan tersendiri,
yaitu waktu, tata caranya, pengawasan dan sanksi-sanksi jika terjadi
pelanggaran oleh penyelenggara kampanye.[5]
4.
Quick
Count dan Exit Poll
Quick
Count atau biasa dikenal sebagai tabulasi suara paralel (parallel Vote Tabulation) adalah metode
perhitungan suara yang baru dikenal di Indonesia sejak pemilu 2004. Metode Quick Count digunakan untuk mencatat hasil perhitungan
suara di beberapa Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang dipilih secara acak. Unit
analisis TPS sehingga penarikan sampel tidak dapat dilakukan sebelum daftar TPS
yang akan dipantau tersedia. Metode ini dapat memprediksi perolehan suara
pemilu secara cepat sehingga dapat memverifikasi hasil resmi KPU, di samping
mampu mendeteksi dan melaporkan penyimpangan jika terjadi kecurangan dalam
perhitungan suara.
Selain Quick count, juga dikenal exit
poll. Metode exit poll digunakan untuk mengumpulkan informasi dari
pemilih yang baru saja memberikan suara atau baru saja memberikan suara atau
baru keluar dari bilik pemungutan suara. Metode exit poll biasanya dilakukan dengan mengambil empat orang (dua pria
dan dua perempuan) dari TPS yang dipilih menjadi sampel quick count. Exit poll membantu quick
count untuk mengetahui preferensi dan karakter pemilih, yakni siapa memilih
siapa dan mengapa mereka memilih calon tertentu. Persoalan yang tidak mudah
adalah sering kali orang yang diwawancarai tidak mau memberi informasi tentang
hal tersebut karena dianggap rahasia pribadi, taukah bisa saja ia membohong,
lain yang ia sampaikan dan lain yang ia pilih. Karena itu, quick count memiliki keakuratan yang lebih tingg. Namun, exit poll memiliki kelebihan karena dari hasil wawancara
itu bisa dilihat arus pengalihan suara dari satu partai ke partai lain, atau
dari satu calon ke calon lain, termasuk jika pemilih yang diwawancarai tidak
mau memberi keterangan.[6]
5.
Komunikasi
Global
Selama bertahun-tahun hampir semua orang seolah
tersihir oleh mantra globalisasi. Boleh dikatakan, tak ada pidato tanpa selipan
kata globalisasi kendati yang mengucapkannya sering kali tidak terlalu paham
betul akan esensi, arti, dampak, dan implikasinya. Istilah globalisasi pertama
kali muncul 1986 dalam Oxford English
Dictionary. Dalam penggunaan populer globalization
dikaitkan dengan peningkatan kapital, bantuan teknologi elektronik dan digital,
menghancurkan tradisi lokal, menciptakan homogen sebagai budaya dunia. Dalam
banyak hal, globalisasi sering dikaitkan dengan berkurangnya peran negara serta
hilangnya batas-batas negara berkat kemajuan teknologi komunikasi.
Transformasi telah membawa kita pada
globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu
sebagaimana dinyatakan oleh Anthony Gidden bahwa kita turut ambil bagian dalam
sebuah dunia yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal yang
sama.[7]
Kesimpulan
Komunikasi dan politik merupakan
suatu kajian yang saling mencakupi dan menyatu. Komunikasi politik telah ada
sejak manusia berpolitik dan berkomunikasi. Sebagaimana yang telah dijelaskan
di atas bahwasanya komunikasi politik membahas mengenai pendapat umum, media
massa, kampanye dan lain sebagainya. Komunikasi politik sangat berkaitan erat
dengan sistem politik, karena di dalam pelaksanaannya komunikasi politik saling
memiliki hubungan di antara sub-sub yang terdapat dalam sistem politik. Di
dalam melaksanakan sebuah sistem politik maka diperlukan adanya suatu
komunikasi politik dalam pelaksanaannya. Bisa dikatakan bahwa komunikasi
politik merupakan suatu fungsi dalam sistem poltik dan juga sebagai syarat bagi
terciptanya dan berlangsungnya fungsi-fungsi lainnya. Oleh karena itu
komunikasi politik sangat mempengaruhi suatu negara.
Daftar Pustaka
Nimmo,
Dan. 2005. Komunikasi Politik. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Arifin,
Anwar. 2003. Komunikasi Politik. Jakarta:
Balai Pustaka.
Cangara,
Hafied. 2009. Komunikasi Politik: Konsep,
Teori, dan Strategi. Jakarta: Rajawali Pers.
[1]
Dan Nimmo, Komunikasi Politik (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005), Hal: 6-8.
[2]
Dikutip dari: http://mysteriouxboyz90.blogspot.com/2011/01/komunikasi-politik-konsep-konsep-dalam.html,
Tanggal: 24 September 2011, Pukul: 22.25.
[3]
Nimmo, Ibid., Hal: 119-120.
[4]
Anwar Arifin, Komunikasi Politik (Jakarta: Balai
Pustaka, 2003), Hal: 100.
[5]
Arifin, Ibid., Hal: 83.
[6]
Hafied Cangara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan
Strategi (Jakarta: Rajawali Pers, 2009),
Hal: 196-202.
[7]
Cangara, Ibid., Hal: 465-466.
No comments:
Post a Comment