Saturday 25 May 2013

Hubungan Utara Selatan: Konflik Atau Kerja Sama



           Paper ini merupakan resume dari buku yang berjudul “Hubungan Utara Selatan: Konflik Atau Kerja Sama” oleh Martin Khor Kok Peng yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama.

Bab 1
PENDAHULUAN
            Pada saat ini dunia berada pada persimpangan jalan.Tata dunia baru telah runtuh, sementara yang baru belum muncul.Beberapa orang meyakini bahwa dunia yang akan datang akan menyajikan berbagai kemungkinan yang luar biasa.”Sepuluh tahun yang akan datang membawa janji pertumbuhan ekonomi yang luar biasa, yang mungkin belum pernah terjadi sebelumnya didunia ini (The economist, 13-19 Juli 1991)”. Semenjak Perang Dingin berakhir dunia dapat bernafas lebih lega, demokrasi mulai mekar, dan derap kekuatan-kekuatan pasar akan membawa kemakmuran bagi semua orang. Namun sebagian orang juga meyakini dunia baru yang akan muncul merupakan alasan untuk merasa semakin tertekan.
Dunia pada akhir abad kedua puluh merupakan dunia yang sungguh rentan dan mudah pecah.Ketikakonfrontasi Timur-Barat mereda, berbagai perbedaan Utara-Selatan dalam pendapatan, kekuatan dan kepentingan, kini lebih mengemuka. Bentuk hubungan internasional pada masa yang akan datang akan ditentukan oleh cara bagaimana isu Utara-Selatan ditangani. Demikian, berlaku juga bahwa masa depan Selatan akan ditentukan oleh bentuk hubungan-hubungan internasional .dalam konteks inilah kita harus memahami dan menginterpretasikan keadaan kerja sama internasional.

KEGIATAN EKSPOR DALAM BISNIS INTERNASIONAL DAN CONTOH KASUS



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Ekspor merupakan kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean. Barang ekspor adalah barang yang dikeluarkan dari daerah pabean. Kegiatan  ekspor akan meningkatkan devisa negara, untuk melakukan kegiatan ekspor suatu barang ke negara tertentu, diperlukan prosedur ekspor yang harus dilakukan sesuai dengan dasar hukum yang berlaku di setiap negara. Jika ekspor yang dilakukan tidak mengikuti prosedur dan tidak sesuai dengan dasar hukum yang mengatur kegiatan ekspor, maka si pengekspor akan dikenai sankasi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Setiap negara memiliki peraturan dan ketentuan perdagangan yang berbeda-beda. Produk yang akan dipasarkan haruslah memiliki standar mutu yang baik (export quality) sehingga dapat memuaskan konsumen serta pengiriman barang yang tepat waktu yang dapat berdampak terhadap pemesanan secara reguler. Disamping itu eksportir haruslah mengerti selera konsumen negara tujuan ekspor.
Ekspor sebagai kegiatan yang rumit dan juga melibatkan banyak pihak, tentu saja juga terdapat kasus ataupun konflik sehingga membuat ekspor menjadi terhambat. Di sini saya berusaha untuk menyampaikan salah satu contoh kasus yang sering terjadi ketika adanya kegiatan ekspor, yaitu dumping. Dumping merupakan suatu tindakan menjual produk-produk impor dengan harga yang lebih murah dari harga dan ini merupakan pelanggaran terhadap kesepakatan WTO. Kasus ini merupakan kasus antara Indonesia dan Korea. Di mana Indonesia dituduh melakukan kegiatan dumping kertas oleh Korea Selatan, namun pada kenyataan hal itu tidak benar dilihat dari data-data perekonomian Korea Selatan yang tidak berpengaruh sama sekali terhadap adanya ekspor kertas ini.

IMPLEMENTASI TEORI PEMBANGUNAN EKONOMI W. ROSTOW DI NEGARA AMERIKA SERIKAT



BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
 Teori pembangunan ekonomi dari Rostow ini sangat popular dan paling banyak mendapatkan komentar dari para ahli. Teori ini pada mulanya merupakan artikel Rostow yang dimuat dalam Economics Journal (maret 1956) dan kemudian dikembangkannya lebih lanjut dalam bukunya yang berjudul The Stages of Economic Growth (1960). Menurut pengklasifikasian Todaro, teori Rostow ini dikelompokkan ke dalam model jenjang linier (linier stages model).
Menurut Rostow, proses pembangunan ekonomi bisa dibedakan ke dalam 5 tahap yaitu mesyarakat tradisional (the traditional society), prasyarat untuk tinggal landas (the preconditions for take-off), tinggal landas (the take-off), menuju kedewasaan (the drive to maturity), dan masa konsumsi tinggi (the age of higt mass-consumtion)
Dasar pembedaan tahap pembangunan ekonomi menjadi 5 tahap tersebut adalah karakteristik perubahan keadaan ekonomi, social dan politik yang terjadi. Menurut Rostow, pembangunan ekonomi atau proses transformasi suatu masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern merupakan proses yang multi-dimensional. Pembangunan ekonomi bukan hanya berarti perubahan struktur ekonomi suatu Negara yang ditunjukkan oleh menurunnya peranan sector pertanian dan peningkatan peranan sector industri saja.

KONFLIK LAUT CINA SELATAN



Cikal bakal Konflik Laut China Selatan
Laut China Selatan memang luas.Wilayah laut tersebut membentang dari membentang dari Singapura yang diawali dari Selat Malaka sampai ke Selat Taiwan.Wilayah ini pun menjadi rebutan dari beberapa negara yang dekat dengannya.Tercatat beberapa Negara seperti China, Malaysia, Filipina, Vietnam, Brunei Darussalam dan Taiwan, saling tukar klaim atas wilayah laut tersebut. Dengan dalihnya masing-masing negara, mereka mengakui sebagian dari Laut Cina Selatan sebagai bagian dari teritorialnya.China menjadi negara yang paling bernafsu memiliki kekuasaan atas wilayah Laut China Selatan.Kekayaan alam yang dikandung oleh Laut China Selatan, menjadi penyebab utama perebutan wilayah ini.
Menurut Kementerian Sumber Daya dan Pertambangan China, diperkirakan kandungan minyak mentah yang berada di Laut China Selatan mencapai 17,7 miliar ton. Ini jauh lebih besar dibandingkan cadangan minyak di Kuwait yang mencapai 13 miliar ton. Namun catatan lain menyebutkan cadangan minyak di wilayah Laut China Selatan hanya mencapai 7,5 miliar barel atau 1,1 ton barel. Selain cadangan minyak dan gas bumi, wilayah perairan Laut China Selatan amatlah penting. Siapa pun yang menguasainya tentunya akan menjadi memiliki keuntungan besar. Sebagai salah satu perairan paling sibuk di dunia, tentunya membawa keuntungan bagi negara-negara yang wilayah lautnya dilewati.Dengan statusnya yang banyak diklaim oleh beberapa negara, wilayah laut ini pun sangat strategis untuk dijaga keamanannya.Laut China Selatan jelas juga sangat penting bagi kestabilan ekonomi dan politik global.Tak kurang, pertentangan dan konflik yang terjadi melibatkan konflik senjata.Konflik terbaru terjadi antara Filipina dengan China di Dangkalan Scarborough.Selain itu, Vietnam dengan Filipina pun sempat memanas setelah kapal dari tiap kedua negara saling memicu ketegangan.

Perdagangan Orang (Human Trafficking) di Thailand



Penduduk Thailand pada saat ini diperkirakan mencapai 61,23 juta orang. Sebagian besar penduduk merupakan etnis Thai yaitu sekitar 75%, sementara sisanya adalah Cina 14% dan etnis lain sekitar 11%. Kebanyakan dari mereka menganut agama Buddha. Thailand merupakan negara yang tidak pernah dijajah. Pada masa kolonialisme di Asia Tenggara, negara ini berfungsi sebagai penyangga antara kolonialis Inggris di Burma dan Perancis di Vietnam. Thailand memiliki sejarah kudeta militer terbanyak di Asia tenggara, namun mereka tetap tampil sebagai negara dengan perekonomian yang cukup baik.[1]
Human Trafficking di Thailand
Thailand merupakan negara asal, tujuan dan juga transit untuk perdagangan manusia. Tujuan dari perdagangan manusia ini adalah untuk diperdagangkan sebagai pekerja seks ataupun sebagai eksploitasi tenaga kerja khususnya di wilayah sungai Mekong atau Mekong Sub-Region. Kebanyakan yang menjadi korban adalah para migran, etnis minoritas di Thailand, dan juga orang-orang yang tidak memiliki kewarganegaraan, hal ini disebabkan mereka memiliki resiko yang lebih besar untuk dijadikan sebagai korban perdagangan orang dan juga eksploitasi tenaga kerja. Pria Thailand pada umumnya yang memiliki keterampilan yang rendah banyak dijadikan sebagai pekerja paksa oleh para majikan mereka untuk membayar utang.[2] Diperkirakan setiap tahunnya di Thailand ada 500.000 wisatawan seks, dan juga ada 4,6 juta orang Thailand yang secara teratur mengunjungi para pekerja seks di sana.[3]
Thailand juga sebagai negara transit bagi korban perdagangan orang yang berasal dari Korea Utara, Cina, Vietnam, Pakistan, Burma dan juga berasal dari negara dunia ketiga antara lain seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Rusia, Eropa Barat, Korea Selatan dan juga Amerika Serikat. Kebanyakan para korban perdagangan dieksploitasi tenaga kerjanya, mereka biasanya ditemukan bekerja dalam produksi garmen, pengolahan hasil laut, dan juga menjadi pembantu rumah tangga. Bagian dari perdagangan orang di Thailand terdiri dari perdagangan pria, wanita dan juga anak-anak. Perdagangan seks anak juga menjadi masalah di Thailand. Menurut pemerintah Thailand anak-anak baik itu laki-laki maupun perempuan kadang-kadang dipaksa, untuk terpikat dan masuk kedalam prostitusi. UNESCO menyatakan bahwa kurangnya status hukum merupakan hal terbesar bagi resiko terjadinya perdagangan orang.[4] Yang banyak menjadi korban perdagangan orang tidak hanya warga Thailand sendiri, namun banyak juga yang berasal dari luar Thailand. Para korban yang bukan berasal dari Thailand tidak akan menerima bantuan dari pemerintah, hal itu diatur dalam undang-undang imigrasi Thailand.[5]