Thursday, 8 March 2012

KONSEP MASYARAKAT DAN KEADILAN DALAM ASAS FILOSOFIS HINDUISME

Hinduisme merupakan keyakinan yang sangat mendasar di India dan termasuk kepercayaan atau agama tertua di dunia. Namun ini tidak berarti bahwa semua orang Indkia adalah orang Hindu. Hinduisme juga dilihat sebagai suatu filsafat dan agama. Hindu adalah kata bahasa Persia yang berarti orang India. Hinduisme adalah isme dari orang India. Isme ini bisa menjelaskan suatu agama atau keyakinan (seprti Yudaisme atau Hellenisme atau juga suatu pandangan atau juga sebagai agama nasional).
Konsep Masyarakat dan Keadilan
            Orang hindu menyebut agama mereka sebagai sanatana dharma (dharma abadi). Dharma dalam teks Hindu memiliki dua arti yaitu:
  1. Berhubungan dengan hukum dan kebiasaan Hindu dengan definisi yang jelas. Dalam arti ini dharma tidak sulit dimengerti dan konotasi yang lebih luas adalah agama.
  2. Dharma juga dapat dimengerti sebagai semua asumsi religius yang menjadi dasar semua hukum.
Hindu menekankan pada keharmonisan. Dalam Tri Hita, yang salah satunya adalah menjaga keharmonisan antar sesama manusia. Dalam mewujudkan itu, Hindu lebih menekankan pada instropeksi personal lebih ke diri sendiri dengan melaksanakan Tri Kaya Parisudha (berpikir,berkata, berbuat yang baik)  dan pengendalian Sad Ripu (enam musuh manusia:kama (hawa nafsu) lobha (kerakusan) krodha (kemarahan) moha (kebingungan) mada (mabuk) matsarya (iri hati).
Orang Hindu beranggapan bahwa agama mereka bebas dari pelbagai macam asumsi dogmatik. Mereka tidak berpikir tentang kebenaran agama dalam terminus dogmatis. Menurut mereka dogma tidak bersifat abadi tetapi hanya sebagai transit dan gambaran-gambaran kacau dari kebenaran yang melampaui mereka dan semua deinisi verbal. Sebab itu kerap merkea membenci agama dengan ajaran dogmatis yang didasarkan pada kepercayaan tertentu (creedal religion).
Dengan keterbukaan pikiran yang merupakan sifat dan filsafat, orang Hindu percaya akan relativitas dari keyakinan mayarakat umum yang memeluk keyakinan itu. Agama bukanlah sekedar teori mengenai yang supernatural yang dapat kita pakai atau kita tinggalkan semau kita. Agama merupakan pernyataan dari pengalaman spiritual dari bangsa yang bersangkutan, catatan dari evolusi sosialnya, bagian tak terpisahkan dari suatu mayarakat di atas di mana ia didirikan. Bahwa orang yang berbeda akan memeluk keyakinan yang berbeda, bukanlah sesuatu yang tidak alamiah. Ini adalah semua masalah cita rasa dan temperamen. Ruchinan vaichitriyat. Ketika bangsa Arya bertemu dengan penduduk asli yang menyembah berbagai macam dewa-dewa, meraka merasa tidak terpanggil untuk menggantikannya seketika itu dengan keyakinan mereka. Pada akhirnya semua manusia mencari Tuhan yang satu. Menurut Bagawad Gita Tuhan tidak akan menolak keinginan pemuja-Nya semata-mata karena mereka tidak merasakan kekacauan dan kebingungan. Guru-guru besar dunia yang memiliki cukup penghormatan terhadap sejarah tidak akan mencoba menyelamatkan dunia dalam generasi mereka dengan memaksakan pertimbangan-pertimbangan mereka yang maju terhadap mareka yang tidak mengerti atau menghargainya.
Berdasarkan data sejarah, Hinduisme dapat dibagi ke dalam empat periode yaitu:
1.      Periode pertama: Rig Veda (paling bawah): besifst politheistis dan memiliki kedekatan dengan agama-agama dan bangsa-bangsa Indo-Eropa.
2.      Periode kedua: berkembang menjadi monisme-politheistis di mana The All dilihat berpusat pada yang satu atau diidentikkan dengan yang satu. Penekanan pada Mokhsa yaitu pembebasan jiwa manusia dari ruang dan waktu dan materi. Ini adalah bentuk Hinduisme yang kini berkembang di India dan di luar India.
3.      Periode ketiga: perkembangan dengan Trend monotheistis yang kuat dan kristalisasi sistem kasta. (hormat kepada Allah tradisional: Vishnu dan Siva sebagai realitas sempurna dan Tuhan yang absolut, yang dianggap penting. Ini adalah agama dengan devosipenuh cinta (bhakti).
4.      Periode keempat: yang sekarang kita hadapi ialah penyangkalan formal atas diri dan penegasan kembali esensi spritualnya. Ini adalah suatu revaluasi Hinduisme yang disiapkan oleh gerakan-gerakan Reformasi abad 19. Namun nti gerakan reformasi ini baru bisa menyentuh hati orang-orang India dalam diri Mahatma Ghandi yang dipandang sebagai orang suci Hindu.
            Catur Konsep adalah suatu konsep dasar ajaran agama Hindu yang merupakan kepercayaan dan keyakinan umat Hindu yang terdiri dari Catur (empat) himpunan (bagian) yang saling keterkaitan satu dengan yang lain. Didalam Catur Konsep ini adalah pembahasan mengenai Visi Missi dan Etika yaitu tindakan yang harus dilakukan sebagai kewajiban agar umat Hindu dapat dengan mudah dan cepat dapat melakukan pendekatan atau pencerahan kehadapan Yang Maha Kuasa.
Dengan memperdalam Catur Konsep ini, umat Hindu dapat dengan jelas kemana arah tujuan yang akan ditempuh, sebab tahap2 yang wajib diaplikasikan secara sistematis sudah diatur didalam Catur Konsep ini. Tujuan akhir dari umat Hindu adalah Moksa, yang terdapat dalam Catur Purusartha, untuk mencapai Moksa dibutuhkan Catur Dharma sebagai landasannya. Umat Hindu percaya adanya ruang dan waktu (kala), dan diatur dalam Catur Yuga, setiap Yuga mempunyai pengaruh terhadap kehidupan di alam semesta ini.
 Filosofi Hindu, Wedanta, monisme, menyatakan bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah Tuhan. Sesuai dengan filosofi ini Tuhan adalah lautan dan jiwa individu adalah ombak dari lautan, memiliki identitas sementaranya sendiri, tapi sebagai bagian dari lautan. Sesuai dengan filosofi lainnya, Dwaita, atau dualisme, Tuhan dan manusia adalah terpisah; manusia seperti kendi tanah yang diisi air yang diambil dari lautan yang sama yang adalah Tuhan. Esensi dari hidup- prinsipnya atau kesadaran dari tiap orang adalah sama.
Kedua konsep ini akan menghasilkan kesadaran bersama yang membuat kita empaty terhadap penyakit dan penderitaan orang lain. Karena kita tidak identik, tetapi sama, kita seharusnya tidak segan untuk menolong orang lain.
Tetapi ada perbedaan yang lebar antara ide utama dari filosofi Hindu dan tingkah laku sosial Hindu. Kekerasan di luar kendali dan kekejaman di India, jurang yang lebar antara si kaya dan miskin, dan orang kaya yang tak berperasaan kepada si miskin berlawanan dengan prinsip dari filosofi Hindu.
Dalam agama Hindu pada umumnya, konsep yang dipakai adalah monoteisme. Konsep tersebut dikenal sebagai filsafat Adwaita Wedanta yang berarti "tak ada duanya". Selayaknya konsep ketuhanan dalam agama monoteistik lainnya, Adwaita Wedanta menganggap bahwa Tuhan merupakan pusat segala kehidupan di alam semesta, dan dalam agama Hindu, Tuhan dikenal dengan sebutan Brahman.
Sebagai tujuan individu untuk mencapai realisasi-diri, moksha, kesadaran bersama yang harus meningkat dari filosofi monisme telah hilang. Pada setiap zaman, orang suci Hindu membuat sekolah untuk mengajarkan tekniknya sendiri untuk mencapai realisasi-diri, dengan yoga dan meditasi sebagai jalannya. Beberapa orang melayani orang miskin, sakit, dan yatim piatu.
Tanggung jawab sosial harus menjadi bagian dari filosofi Hindu. Simpati (daya) dan kebebasan (dana), dua prinsip Hindu dharma atau kebenaran, tidak harus digerakkan oleh rasa malu atau aroganóseperti melemparkan remah-remah kepada orang miskin.
            Sumber hukum Hindu adalah Veda atau Sruti dan Smerti, secara kronologi urutannya demikian, Veda, Smerti, sila, acara dan Atma Tsti.
Konsepsi keadilan menurut hukum karma phala bahwa hasil perbuatan seseorang atau pahalanya pasti ia dapatkan cepat atau lambat, siapapun yang berbuat dia pulalah yang mendapatkan pahala itu. Hakikat ajaran Hindu bahwa dengan dharma dapat mencapai kesejahteraan, kebahagiaan dan kesempurnaan.
Peran agama Hindu dalam perumusan dan penegakan hukum yang adil adalah perlu penyiapan payung hukum, agar setiap masalah tertangani tuntas, penyiapan lembaga peradilan agar dapat menangani semua perkara, dengan hakim-hakim dan perangkatnya orang-orang yang tepat sesuai persyaratan menurut sastra-sastra agama. Bila ada perkara yang aturan hukumnya belum ada serahkan pada lembaga sadacara. Dengan berkembangnya masyarakat hukum juga harus berkembang supaya tidak ketinggalan.




Kesimpulan
            Menurut umat Hindu, Tuhan itu Maha Esa tiada duanya. Dalam salah satu ajaran filsafat Hindu, Adwaita Wedanta menegaskan bahwa hanya ada satu kekuatan dan menjadi sumber dari segala yang ada (Brahman), yang memanifestasikan diri-Nya kepada manusia dalam beragam bentuk.
            Masyarakat hindu percaya bahwa tujuan dari hidup adalah pengungkapan secara perlahan dari yang abadi dalam diri, dari eksistensi kemanusiaan. Kemajuan umum diatur oleh karma atau hukum sebab akibat moral. Agama Hindu tidak percaya akan satu Tuhan yang dari kursi-pengadilannya menimbang tiap kasus secara terpisah dan menetapkan balasannya. Dia tidak melalukan keadilan dari luar, menambah atau mengurangi hukuman berdasarkan kehendakNya sediri. Tuhan ada "dalam" manusia, dan demikian juga karma hukum adalah merupakan bagian organik dari kakekat manusia.
           
Referensi
Kebung, Konrad. 2011. Filsafat Berpikir Orang Timur (India, Cina dan Indonesia). Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
http://pustaka.ut.ac.id/website/index.php?Itemid=77&catid=33:mkdu&id=73:mkdu-4224&option=com_content&view=article
http://www.iloveblue.com/bali_gaul_funky/artikel_bali/detail/1414.htm

No comments:

Post a Comment