Hinduisme merupakan
keyakinan yang sangat mendasar di India dan termasuk kepercayaan atau agama
tertua di dunia. Namun ini tidak berarti bahwa semua orang Indkia adalah orang
Hindu. Hinduisme juga dilihat sebagai suatu filsafat dan agama. Hindu adalah
kata bahasa Persia yang berarti orang India. Hinduisme adalah isme dari orang India.
Isme ini bisa menjelaskan suatu agama atau keyakinan (seprti Yudaisme atau
Hellenisme atau juga suatu pandangan atau juga sebagai agama nasional).
Konsep
Masyarakat dan Keadilan
Orang hindu
menyebut agama mereka sebagai sanatana
dharma (dharma abadi). Dharma dalam teks Hindu memiliki dua arti yaitu:
- Berhubungan dengan hukum dan kebiasaan Hindu dengan definisi yang jelas. Dalam arti ini dharma tidak sulit dimengerti dan konotasi yang lebih luas adalah agama.
- Dharma juga dapat dimengerti sebagai semua asumsi religius yang menjadi dasar semua hukum.
Hindu
menekankan pada keharmonisan. Dalam Tri Hita, yang salah satunya adalah menjaga
keharmonisan antar sesama manusia. Dalam mewujudkan itu, Hindu lebih menekankan
pada instropeksi personal lebih ke diri sendiri dengan melaksanakan Tri Kaya
Parisudha (berpikir,berkata, berbuat yang baik) dan pengendalian Sad Ripu
(enam musuh manusia:kama (hawa nafsu) lobha (kerakusan) krodha (kemarahan) moha
(kebingungan) mada (mabuk) matsarya (iri hati).
Orang
Hindu beranggapan bahwa agama mereka bebas dari pelbagai macam asumsi dogmatik.
Mereka tidak berpikir tentang kebenaran agama dalam terminus dogmatis. Menurut
mereka dogma tidak bersifat abadi tetapi hanya sebagai transit dan
gambaran-gambaran kacau dari kebenaran yang melampaui mereka dan semua deinisi
verbal. Sebab itu kerap merkea membenci agama dengan ajaran dogmatis yang
didasarkan pada kepercayaan tertentu (creedal
religion).
Dengan
keterbukaan pikiran yang merupakan sifat dan filsafat, orang Hindu percaya akan
relativitas dari keyakinan mayarakat umum yang memeluk keyakinan itu. Agama
bukanlah sekedar teori mengenai yang supernatural yang dapat kita pakai atau
kita tinggalkan semau kita. Agama merupakan pernyataan dari pengalaman
spiritual dari bangsa yang bersangkutan, catatan dari evolusi sosialnya, bagian
tak terpisahkan dari suatu mayarakat di atas di mana ia didirikan. Bahwa orang
yang berbeda akan memeluk keyakinan yang berbeda, bukanlah sesuatu yang tidak
alamiah. Ini adalah semua masalah cita rasa dan temperamen. Ruchinan
vaichitriyat. Ketika bangsa Arya bertemu dengan penduduk asli yang menyembah
berbagai macam dewa-dewa, meraka merasa tidak terpanggil untuk menggantikannya
seketika itu dengan keyakinan mereka. Pada akhirnya semua manusia mencari Tuhan
yang satu. Menurut Bagawad Gita Tuhan tidak akan menolak keinginan pemuja-Nya
semata-mata karena mereka tidak merasakan kekacauan dan kebingungan. Guru-guru
besar dunia yang memiliki cukup penghormatan terhadap sejarah tidak akan
mencoba menyelamatkan dunia dalam generasi mereka dengan memaksakan
pertimbangan-pertimbangan mereka yang maju terhadap mareka yang tidak mengerti
atau menghargainya.
Berdasarkan
data sejarah, Hinduisme dapat dibagi ke dalam empat periode yaitu:
1.
Periode pertama: Rig Veda (paling bawah):
besifst politheistis dan memiliki
kedekatan dengan agama-agama dan bangsa-bangsa Indo-Eropa.
2.
Periode kedua: berkembang menjadi monisme-politheistis di mana The All dilihat berpusat pada yang satu
atau diidentikkan dengan yang satu. Penekanan pada Mokhsa yaitu pembebasan jiwa
manusia dari ruang dan waktu dan materi. Ini adalah bentuk Hinduisme yang kini
berkembang di India dan di luar India.
3.
Periode ketiga: perkembangan dengan Trend monotheistis yang kuat dan
kristalisasi sistem kasta. (hormat kepada Allah tradisional: Vishnu dan Siva
sebagai realitas sempurna dan Tuhan yang absolut, yang dianggap penting. Ini
adalah agama dengan devosipenuh cinta (bhakti).
4.
Periode keempat: yang sekarang kita
hadapi ialah penyangkalan formal atas diri dan penegasan kembali esensi
spritualnya. Ini adalah suatu revaluasi Hinduisme yang disiapkan oleh
gerakan-gerakan Reformasi abad 19. Namun nti gerakan reformasi ini baru bisa
menyentuh hati orang-orang India dalam diri Mahatma Ghandi yang dipandang
sebagai orang suci Hindu.
Catur Konsep adalah suatu konsep
dasar ajaran agama Hindu yang merupakan kepercayaan dan keyakinan umat Hindu
yang terdiri dari Catur (empat) himpunan (bagian) yang saling keterkaitan satu
dengan yang lain. Didalam Catur Konsep ini adalah pembahasan mengenai Visi
Missi dan Etika yaitu tindakan yang harus dilakukan sebagai kewajiban agar umat
Hindu dapat dengan mudah dan cepat dapat melakukan pendekatan atau pencerahan
kehadapan Yang Maha Kuasa.
Dengan memperdalam Catur
Konsep ini, umat Hindu dapat dengan jelas kemana arah tujuan yang akan
ditempuh, sebab tahap2 yang wajib diaplikasikan secara sistematis sudah diatur
didalam Catur Konsep ini. Tujuan akhir dari umat Hindu adalah Moksa, yang
terdapat dalam Catur Purusartha, untuk mencapai Moksa dibutuhkan Catur Dharma
sebagai landasannya. Umat Hindu percaya adanya ruang dan waktu (kala), dan
diatur dalam Catur Yuga, setiap Yuga mempunyai pengaruh terhadap kehidupan di
alam semesta ini.
Filosofi Hindu, Wedanta, monisme, menyatakan
bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah Tuhan. Sesuai dengan filosofi ini
Tuhan adalah lautan dan jiwa individu adalah ombak dari lautan, memiliki
identitas sementaranya sendiri, tapi sebagai bagian dari lautan. Sesuai dengan
filosofi lainnya, Dwaita, atau dualisme, Tuhan dan manusia adalah terpisah;
manusia seperti kendi tanah yang diisi air yang diambil dari lautan yang sama
yang adalah Tuhan. Esensi dari hidup- prinsipnya atau kesadaran dari tiap orang
adalah sama.
Kedua konsep ini akan menghasilkan kesadaran bersama yang membuat kita empaty terhadap penyakit dan penderitaan orang lain. Karena kita tidak identik, tetapi sama, kita seharusnya tidak segan untuk menolong orang lain.
Kedua konsep ini akan menghasilkan kesadaran bersama yang membuat kita empaty terhadap penyakit dan penderitaan orang lain. Karena kita tidak identik, tetapi sama, kita seharusnya tidak segan untuk menolong orang lain.
Tetapi
ada perbedaan yang lebar antara ide utama dari filosofi Hindu dan tingkah laku
sosial Hindu. Kekerasan di luar kendali dan kekejaman di India, jurang yang
lebar antara si kaya dan miskin, dan orang kaya yang tak berperasaan kepada si
miskin berlawanan dengan prinsip dari filosofi Hindu.
Dalam
agama Hindu pada umumnya, konsep yang dipakai adalah monoteisme. Konsep
tersebut dikenal sebagai filsafat Adwaita
Wedanta yang berarti "tak ada duanya". Selayaknya konsep ketuhanan dalam agama
monoteistik lainnya, Adwaita Wedanta menganggap bahwa Tuhan merupakan pusat
segala kehidupan di alam semesta, dan dalam agama Hindu, Tuhan dikenal dengan
sebutan Brahman.
Sebagai
tujuan individu untuk mencapai realisasi-diri, moksha, kesadaran bersama yang
harus meningkat dari filosofi monisme telah hilang. Pada setiap zaman, orang
suci Hindu membuat sekolah untuk mengajarkan tekniknya sendiri untuk mencapai
realisasi-diri, dengan yoga dan meditasi sebagai jalannya. Beberapa orang
melayani orang miskin, sakit, dan yatim piatu.
Tanggung
jawab sosial harus menjadi bagian dari filosofi Hindu. Simpati (daya) dan
kebebasan (dana), dua prinsip Hindu dharma atau kebenaran, tidak harus
digerakkan oleh rasa malu atau aroganóseperti melemparkan remah-remah kepada
orang miskin.
Sumber hukum Hindu adalah Veda atau
Sruti dan Smerti, secara kronologi urutannya demikian, Veda, Smerti, sila,
acara dan Atma Tsti.
Konsepsi keadilan menurut
hukum karma phala bahwa hasil perbuatan seseorang atau pahalanya pasti ia
dapatkan cepat atau lambat, siapapun yang berbuat dia pulalah yang mendapatkan
pahala itu. Hakikat ajaran Hindu bahwa dengan dharma dapat mencapai
kesejahteraan, kebahagiaan dan kesempurnaan.
Peran agama Hindu dalam
perumusan dan penegakan hukum yang adil adalah perlu penyiapan payung hukum,
agar setiap masalah tertangani tuntas, penyiapan lembaga peradilan agar dapat
menangani semua perkara, dengan hakim-hakim dan perangkatnya orang-orang yang
tepat sesuai persyaratan menurut sastra-sastra agama. Bila ada perkara yang
aturan hukumnya belum ada serahkan pada lembaga sadacara. Dengan berkembangnya
masyarakat hukum juga harus berkembang supaya tidak ketinggalan.
Kesimpulan
Menurut umat Hindu, Tuhan itu
Maha Esa tiada duanya. Dalam salah satu ajaran filsafat Hindu, Adwaita
Wedanta menegaskan bahwa hanya ada satu kekuatan dan menjadi sumber dari
segala yang ada (Brahman), yang memanifestasikan diri-Nya kepada manusia dalam
beragam bentuk.
Masyarakat hindu percaya bahwa
tujuan dari hidup adalah pengungkapan secara perlahan dari yang abadi dalam
diri, dari eksistensi kemanusiaan. Kemajuan umum diatur oleh karma atau hukum
sebab akibat moral. Agama Hindu tidak percaya akan satu Tuhan yang dari
kursi-pengadilannya menimbang tiap kasus secara terpisah dan menetapkan
balasannya. Dia tidak melalukan keadilan dari luar, menambah atau mengurangi
hukuman berdasarkan kehendakNya sediri. Tuhan ada "dalam" manusia,
dan demikian juga karma hukum adalah merupakan bagian organik dari kakekat
manusia.
Referensi
Kebung, Konrad. 2011. Filsafat Berpikir Orang Timur (India, Cina
dan Indonesia). Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
http://pustaka.ut.ac.id/website/index.php?Itemid=77&catid=33:mkdu&id=73:mkdu-4224&option=com_content&view=article
http://www.iloveblue.com/bali_gaul_funky/artikel_bali/detail/1414.htm
No comments:
Post a Comment