Pendahuluan
Pergesaran
diplomasi Indonesi atelah berubah dari ptariotik menjadi diplomasi yang
bersifat pragmatis. Artinya mulai tahun 1965 sejak orde lama jatuh Indonesia
lebih mengutamakan diplomasi ke arah politik luar negeri yang lebih damai dan
bukan lagi kepada konfrontasi seperti yang terjadi pada masa orde lama. Masa
orde baru dikuasai oleh presiden Soeharto. Banyak terjadi pergeseran diplomasi
pada masa ini dan sangat berbeda pada masa kekuasaan sebelumnya yaitu pada masa
presiden Soekarno. Jika pada masa presiden Soekarno Indonesia lebih kepada blok
timur maka pada masa presiden Soeharto Indonesia lebih kepada blok barat, dan
terlihat bahwa Indonesia lebih mengarah kepada Liberalisme-Kapitalisme.
A.
Perubahan
Orientasi Diplomasi (Akomodatif Terhadap Barat)
Pemberontakan
G-30-S/P:KI telah mengurangi kepercayaan rakyat terhadap pemerintahan orde
lama. Diawali oleh surat perintah sepuluh maret, orde baru pun lahir dan
Soeharto sebagai pengemban Supersemar menjadi pucuk pimpinan pemerintahan orde
baru. Masa orde lama pemerintahan Indonesia bisa dikatakan lebih banyak pro
kepada blok timur dan ini tidak sesuai dengan politik bebas aktif yang dianut
oleh Indonesia. Selain itu banyaknya pergolakan telah menyebabkan kekuasaan
orde lama runtuh dan diganti dengan orde baru. Masa orde baru dimulai sejak
tahun 1965 hingga tahun 1998.
Pada
hakikatnya orde baru bukan penyangkalan terhadap yang lama, tetapi lebih
sebagai pembaharuan yang terkait dengan persoalan bangsa yang dinilai sangat
kronis. Penataan yang baru tidak hanya di bidang tertentu tetapi perubahan dan
pembaharuan tatanan seluurh kehidupan bangsa dan negara berdasarkan kemurnian pancasila
dan UUD 1945. Dengan kata lain, orde baru menjadi titik awal koreksi terhadap
berbagai penyelewengan pada masa lampau dan menyusun kembali kekuatan bangsa
untuk menumbuhkan stabilitas nasional guna mempercepat proses pembangunan
menuju masyarakat adil dan makmur. Pemerintahan orde baru lebih mengutamakan
stabilitas ekonomi dan stabilitas politik sebagai prioritas utamanya. Pada masa
orde baru di dalam pemerintahannya lebih berkembang liberalisme-kapitalisme
yang pro blok barat. Pada masa pemerintahan Soeharto tersebut keberpihakan
kepada blok barat banyak didukung oleh Fron Pancasila, KAMI, Angkatan Darat dan
sebagainya. Tindakan yang dapat dilihat adalah bahwa Indonesia kembali
bergabung dengan PBB, selain itu dalam periode ini, kebijakan luar negeri
Indonesia lebih menaruh perhatian khusus terhadap soal regionalisme.
Para
pemimpin Indonesia menyadari pentingnya stabilitas regional yang dapat menjamin
keberhasilan rencana pembangunan Indonesia. Kebijakan luar negeri Indonesia
juga mempertahankan persahabatan dengan pihak barat, memperkenalkan pintu
terbuka bagi investor asing, serta bantuan pinjaman. Indonesia juga mengakhiri
konfrontasi dengan Malaysia. Hal ini dilakukan agar Indonesia mendapatkan
kembali kepercayaan barat dan membangun kembali ekonomi Indonesia melalui
investasi asing dan bantuan asing. Tindakan ini juga dilakukan dalam rangka
menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia meninggalkan kebijakan luar negerinya
yang agresif. Konfrontasi berakhir setelah Adam Malik sebagai menetri luar
negeri Indonesia menandatangani perjanjian bangkok pada tahun 1966 yang isinya
mengakui Malaysia sebagai suatu negara. Kemudian diikuti dengan pembentukan
ASEAN yang ditandatangani di Bangkok pada 8 Agustus 1967. Indonesia memainkan
peran utama dalam pembentukan organisasi ASEAN. Sebab, negara-negara anggota
ASEAN penting bagi terciptanya stabilitas dan keamanan nasional Indonesia.
Pada
tahun 1971 konsep malaysia tentang ZOPFAN diterima oleh anggota ASEAN termasuk
Indonesia. Akan tetapi, pada tahun 1983 Indonesia mengenalkan SEANWFZ (Southeast Asian Nuclear Weapons Free Zone) atau
kawasan bebas senjata nuklir, sebagai bagian dari ZOPFAN. Pemikiran Indonesia
ini sesungguhnya merupakan refeleksi Indonesia untuk memainkan peranan yang
aktif di panggung regional.
Pada
bulan maret 1980, Soeharto bertemu Hussein Onn untuk menangkal ancaman Cina.
Pertemuan ini berhasil merumuskan doktrin kuanta. Dokrin ini menganggap tekanan
Cina atas Vietnam akan lebih mendekatkan Vietnam dengan Uni Soviet danhal ini
berarti membahayakan keamanan rehional, sehingga mereka sepakat untuk
memberikan bantuan kepada Vietnam. Dengan bantuan dari negara-negara ASEAN
diharapkan secara bertahap Vietnam akan menarik diri dari skeutunya, yaitu Uni
Soviet dan stabilitas politik regional di Asia Tenggara bisa tercipta. Selain
itu sikap pro barat juga ditunjukkan Indonesia dengan menjalin hubungan baik
dengan Amerika, Ingris dan negara-negara barat lainnya.
B.
Diplomasi Blok
“Netral” (GNB, ASEAN)
1.
Gerakan Non-Blok
(GNB)
Terjadinya
perang dingin antara dua kekuatan adikuasa melahirkan kekuatan baru, yaitu
Gerakan Non-Nblok (GNB). Hal ini terjadi ketika krisis teluk babi di kuba. Uni
Soviet meletakkan senjata nuklirnya di teluk babi, yang membuat gelisah
Amerika. Hal ini pun di balas dengan ancaman penyerbuan. Gerakan non-blok
diprakarsai oleh lima negara antara lain, Indonesia, India, Mesir, Yugoslavia,
dan Ghana. Tujuan gerakan non-blok adalah untuk memupuk solidaritas dan kerja
sama di antara anggotanya, memperjuangkan negara berkembang untuk mencapai
persamaan kemerdekaan dan kemakmuran, dan membantu terciptanya perdamaian dunia
dengan meredakan ketegangan antara negara adikuasa.
Perkembangan
dunia dewasa ini ditandai oleh perubahan konstelasi politik dari dua kutub
(bipolar) yaitu antara Amerika dan Uni Soviet, menjadi banyak kutub
(multipolar). Hal ini terlihat dengan munculnya pusat-pusat kekuatan baru
seperti Jepang, Eropa Barat, Cina, serta macan Asia (Korea Selatan, Hongkong,
Taiwan). Kondisi ini menyebabkan GNB mendapatkan tantangan baru, mengingat bahwa
isu-isu Non-Blok dianggap tidak relevan lagi. Isu yang terpenting justru
bagaimana usaha untuk menciptakan tatanan dunia baru yang lebih demokratis,
adil,dan damai. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, negara Non-Blok
menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT).
2.
ASEAN (Association of Southeast Asia Nations)
Konvergensi
kepentingan nasional di antara negara-negara Asean yaitu, stabilitas politik
regional dan pembangunan ekonomi masing-masing negara. Pembentukan ASEAN
didukung oleh lima negara di wilayah Asia Tenggara. Malaysia berkeinginan
bergabung dengan ASEAN karena organisasi ini dianggap sebagai suatu cara untuk
mendorong kerja sama regional terutama dengan Indonesia pasca konfrontasi
1963-1965. Singapura yang didominasi etnis Cina menunjukkan keinginannya
menjadi anggota dengan maksud untuk memiliki identitas Asia Tenggara. Thailand
tertarik untuk bergabung dengan ASEAn karena organisasi ini baru ini dianggap
merupakan kelanjutan dari ASA (Asssociation
of Southeast Asia) dengan keanggotaan yang lebih luas. Filipina bergabung
dengan ASEAN karena ingin memiliki identitas Asia Tenggara. Sebagai negara
katolik dan bekas koloni Amerika, Filipina seringkali dilihat oleh sebagian
negara Asia Tenggara lainnya sebagai negara non Asia Tenggara. Indonesia melihat
bahwa ASEAN adalah fondasi politik luar negerinya.
Atas
dasar persamaan kepentingan nasional, letak geografis, persamaan nasib, dan
kebudayaan, pada tanggal 8 Agustu 1967 organisasi ASEAN dibentuk. Pembentukan
ini di dasarkan atas Deklarasi Bangkok. Forum tertinggi di ASEAN adalah
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT).
Kesimpulan
Orde baru
menjadi titik awal koreksi terhadap berbagai penyelewengan pada masa lampau dan
menyusun kembali kekuatan bangsa untuk menumbuhkan stabilitas nasional guna
mempercepat proses pembangunan menuju masyarakat adil dan makmur. Pemerintahan
orde baru lebih mengutamakan stabilitas ekonomi dan stabilitas politik sebagai
prioritas utamanya. Kebijakan luar negeri Indonesia juga mempertahankan
persahabatan dengan pihak barat, memperkenalkan pintu terbuka bagi investor
asing, serta bantuan pinjaman. Indonesia juga mengakhiri konfrontasi dengan
Malaysia. Hal ini dilakukan agar Indonesia mendapatkan kembali kepercayaan
barat dan membangun kembali ekonomi Indonesia melalui investasi asing dan
bantuan asing. Tindakan ini juga dilakukan dalam rangka menunjukkan pada dunia
bahwa Indonesia meninggalkan kebijakan luar negerinya yang agresif dan juga
secara tidak langsung memperlihatkan bahwa politik indonesia lebih mengarah ke
barat. Terjadinya perang dingin telah menyebabkan terbentuknya kekuatan dunia
baru antara lain seperti yang diprakarsai oleh Indonesia yaitu GNB dan ASEAN.
Kedua organisasi ini sebagai reaksi ketidakberpihakkan Indonesia terhadap dua
Blok yang bertikai. Selain itu bagi Indonesia organisasi juga merupakan cara
untuk menciptakan stabilitas politik dan kemanan Indonesia.
Referensi
Mustopo, M.
Habib. 2007. Sejarah: SMA Kelas XII
Program IPS. Jakarta: Yudhistira.
No comments:
Post a Comment