Friday 5 October 2012

PERGESERAN DARI DIPLOMATIK PATRIOTIK KE DIPLOMASI PRAGMATISME RASIONAL (1965-1985)

Pendahuluan
            Pergesaran diplomasi Indonesi atelah berubah dari ptariotik menjadi diplomasi yang bersifat pragmatis. Artinya mulai tahun 1965 sejak orde lama jatuh Indonesia lebih mengutamakan diplomasi ke arah politik luar negeri yang lebih damai dan bukan lagi kepada konfrontasi seperti yang terjadi pada masa orde lama. Masa orde baru dikuasai oleh presiden Soeharto. Banyak terjadi pergeseran diplomasi pada masa ini dan sangat berbeda pada masa kekuasaan sebelumnya yaitu pada masa presiden Soekarno. Jika pada masa presiden Soekarno Indonesia lebih kepada blok timur maka pada masa presiden Soeharto Indonesia lebih kepada blok barat, dan terlihat bahwa Indonesia lebih mengarah kepada Liberalisme-Kapitalisme.
A.    Perubahan Orientasi Diplomasi (Akomodatif Terhadap Barat)
Pemberontakan G-30-S/P:KI telah mengurangi kepercayaan rakyat terhadap pemerintahan orde lama. Diawali oleh surat perintah sepuluh maret, orde baru pun lahir dan Soeharto sebagai pengemban Supersemar menjadi pucuk pimpinan pemerintahan orde baru. Masa orde lama pemerintahan Indonesia bisa dikatakan lebih banyak pro kepada blok timur dan ini tidak sesuai dengan politik bebas aktif yang dianut oleh Indonesia. Selain itu banyaknya pergolakan telah menyebabkan kekuasaan orde lama runtuh dan diganti dengan orde baru. Masa orde baru dimulai sejak tahun 1965 hingga tahun 1998.
Pada hakikatnya orde baru bukan penyangkalan terhadap yang lama, tetapi lebih sebagai pembaharuan yang terkait dengan persoalan bangsa yang dinilai sangat kronis. Penataan yang baru tidak hanya di bidang tertentu tetapi perubahan dan pembaharuan tatanan seluurh kehidupan bangsa dan negara berdasarkan kemurnian pancasila dan UUD 1945. Dengan kata lain, orde baru menjadi titik awal koreksi terhadap berbagai penyelewengan pada masa lampau dan menyusun kembali kekuatan bangsa untuk menumbuhkan stabilitas nasional guna mempercepat proses pembangunan menuju masyarakat adil dan makmur. Pemerintahan orde baru lebih mengutamakan stabilitas ekonomi dan stabilitas politik sebagai prioritas utamanya. Pada masa orde baru di dalam pemerintahannya lebih berkembang liberalisme-kapitalisme yang pro blok barat. Pada masa pemerintahan Soeharto tersebut keberpihakan kepada blok barat banyak didukung oleh Fron Pancasila, KAMI, Angkatan Darat dan sebagainya. Tindakan yang dapat dilihat adalah bahwa Indonesia kembali bergabung dengan PBB, selain itu dalam periode ini, kebijakan luar negeri Indonesia lebih menaruh perhatian khusus terhadap soal regionalisme.
Para pemimpin Indonesia menyadari pentingnya stabilitas regional yang dapat menjamin keberhasilan rencana pembangunan Indonesia. Kebijakan luar negeri Indonesia juga mempertahankan persahabatan dengan pihak barat, memperkenalkan pintu terbuka bagi investor asing, serta bantuan pinjaman. Indonesia juga mengakhiri konfrontasi dengan Malaysia. Hal ini dilakukan agar Indonesia mendapatkan kembali kepercayaan barat dan membangun kembali ekonomi Indonesia melalui investasi asing dan bantuan asing. Tindakan ini juga dilakukan dalam rangka menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia meninggalkan kebijakan luar negerinya yang agresif. Konfrontasi berakhir setelah Adam Malik sebagai menetri luar negeri Indonesia menandatangani perjanjian bangkok pada tahun 1966 yang isinya mengakui Malaysia sebagai suatu negara. Kemudian diikuti dengan pembentukan ASEAN yang ditandatangani di Bangkok pada 8 Agustus 1967. Indonesia memainkan peran utama dalam pembentukan organisasi ASEAN. Sebab, negara-negara anggota ASEAN penting bagi terciptanya stabilitas dan keamanan nasional Indonesia.
Pada tahun 1971 konsep malaysia tentang ZOPFAN diterima oleh anggota ASEAN termasuk Indonesia. Akan tetapi, pada tahun 1983 Indonesia mengenalkan SEANWFZ (Southeast Asian Nuclear Weapons Free Zone) atau kawasan bebas senjata nuklir, sebagai bagian dari ZOPFAN. Pemikiran Indonesia ini sesungguhnya merupakan refeleksi Indonesia untuk memainkan peranan yang aktif di panggung regional.
Pada bulan maret 1980, Soeharto bertemu Hussein Onn untuk menangkal ancaman Cina. Pertemuan ini berhasil merumuskan doktrin kuanta. Dokrin ini menganggap tekanan Cina atas Vietnam akan lebih mendekatkan Vietnam dengan Uni Soviet danhal ini berarti membahayakan keamanan rehional, sehingga mereka sepakat untuk memberikan bantuan kepada Vietnam. Dengan bantuan dari negara-negara ASEAN diharapkan secara bertahap Vietnam akan menarik diri dari skeutunya, yaitu Uni Soviet dan stabilitas politik regional di Asia Tenggara bisa tercipta. Selain itu sikap pro barat juga ditunjukkan Indonesia dengan menjalin hubungan baik dengan Amerika, Ingris dan negara-negara barat lainnya.
B.    Diplomasi Blok “Netral” (GNB, ASEAN)
1.      Gerakan Non-Blok (GNB)
Terjadinya perang dingin antara dua kekuatan adikuasa melahirkan kekuatan baru, yaitu Gerakan Non-Nblok (GNB). Hal ini terjadi ketika krisis teluk babi di kuba. Uni Soviet meletakkan senjata nuklirnya di teluk babi, yang membuat gelisah Amerika. Hal ini pun di balas dengan ancaman penyerbuan. Gerakan non-blok diprakarsai oleh lima negara antara lain, Indonesia, India, Mesir, Yugoslavia, dan Ghana. Tujuan gerakan non-blok adalah untuk memupuk solidaritas dan kerja sama di antara anggotanya, memperjuangkan negara berkembang untuk mencapai persamaan kemerdekaan dan kemakmuran, dan membantu terciptanya perdamaian dunia dengan meredakan ketegangan antara negara adikuasa.
Perkembangan dunia dewasa ini ditandai oleh perubahan konstelasi politik dari dua kutub (bipolar) yaitu antara Amerika dan Uni Soviet, menjadi banyak kutub (multipolar). Hal ini terlihat dengan munculnya pusat-pusat kekuatan baru seperti Jepang, Eropa Barat, Cina, serta macan Asia (Korea Selatan, Hongkong, Taiwan). Kondisi ini menyebabkan GNB mendapatkan tantangan baru, mengingat bahwa isu-isu Non-Blok dianggap tidak relevan lagi. Isu yang terpenting justru bagaimana usaha untuk menciptakan tatanan dunia baru yang lebih demokratis, adil,dan damai. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, negara Non-Blok menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT).
2.      ASEAN (Association of Southeast Asia Nations)
Konvergensi kepentingan nasional di antara negara-negara Asean yaitu, stabilitas politik regional dan pembangunan ekonomi masing-masing negara. Pembentukan ASEAN didukung oleh lima negara di wilayah Asia Tenggara. Malaysia berkeinginan bergabung dengan ASEAN karena organisasi ini dianggap sebagai suatu cara untuk mendorong kerja sama regional terutama dengan Indonesia pasca konfrontasi 1963-1965. Singapura yang didominasi etnis Cina menunjukkan keinginannya menjadi anggota dengan maksud untuk memiliki identitas Asia Tenggara. Thailand tertarik untuk bergabung dengan ASEAn karena organisasi ini baru ini dianggap merupakan kelanjutan dari ASA (Asssociation of Southeast Asia) dengan keanggotaan yang lebih luas. Filipina bergabung dengan ASEAN karena ingin memiliki identitas Asia Tenggara. Sebagai negara katolik dan bekas koloni Amerika, Filipina seringkali dilihat oleh sebagian negara Asia Tenggara lainnya sebagai negara non Asia Tenggara. Indonesia melihat bahwa ASEAN adalah fondasi politik luar negerinya.
Atas dasar persamaan kepentingan nasional, letak geografis, persamaan nasib, dan kebudayaan, pada tanggal 8 Agustu 1967 organisasi ASEAN dibentuk. Pembentukan ini di dasarkan atas Deklarasi Bangkok. Forum tertinggi di ASEAN adalah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT).

Kesimpulan
            Orde baru menjadi titik awal koreksi terhadap berbagai penyelewengan pada masa lampau dan menyusun kembali kekuatan bangsa untuk menumbuhkan stabilitas nasional guna mempercepat proses pembangunan menuju masyarakat adil dan makmur. Pemerintahan orde baru lebih mengutamakan stabilitas ekonomi dan stabilitas politik sebagai prioritas utamanya. Kebijakan luar negeri Indonesia juga mempertahankan persahabatan dengan pihak barat, memperkenalkan pintu terbuka bagi investor asing, serta bantuan pinjaman. Indonesia juga mengakhiri konfrontasi dengan Malaysia. Hal ini dilakukan agar Indonesia mendapatkan kembali kepercayaan barat dan membangun kembali ekonomi Indonesia melalui investasi asing dan bantuan asing. Tindakan ini juga dilakukan dalam rangka menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia meninggalkan kebijakan luar negerinya yang agresif dan juga secara tidak langsung memperlihatkan bahwa politik indonesia lebih mengarah ke barat. Terjadinya perang dingin telah menyebabkan terbentuknya kekuatan dunia baru antara lain seperti yang diprakarsai oleh Indonesia yaitu GNB dan ASEAN. Kedua organisasi ini sebagai reaksi ketidakberpihakkan Indonesia terhadap dua Blok yang bertikai. Selain itu bagi Indonesia organisasi juga merupakan cara untuk menciptakan stabilitas politik dan kemanan Indonesia.

Referensi
Mustopo, M. Habib. 2007. Sejarah: SMA Kelas XII Program IPS. Jakarta: Yudhistira.

No comments:

Post a Comment