Pendahuluan
Sektor swasta (Private Sector) mengalami perkembangan
yang pesat sejak era Orde Baru. Pada masa Orde Baru para pemimpin Indonesia
menyadari pentingnya stabilitas regional yang dapat menjamin keberhasilan
rencana pembangunan Indonesia. Kebijakan luar negeri Indonesia juga
mempertahankan persahabatan dengan pihak barat, memperkenalkan pintu terbuka
bagi Investor Asing, serta bantuan pinjaman. Soeharto sebagai presiden saat itu
selalu menempatkan posisi Indonesia sebagai pemeran utama dalam pelaksanaan
kebijakan luar negerinya.
- Diplomasi Pembangunan
Pembangunan
nasional yang dilakukan pemerintah Orde Baru pada umumnya adalah pembangunan
manusia Indonesia secara utuh dan pembangunan masyarakat Indonesia secara
keseluruhan. Arah dan kebijakan ekonomi yang ditempuh pemerintah Orde Baru
diarahkan pada pembangunan di segala bidang. Pelaksanaan pembangunan Orde Baru
bertumpu kepada program yang dikenal dengan Trilogi Pembangunan, yaitu sebagai
berikut:
1.
Pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
2.
Pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi.
3.
Stabilitas
nasional yang sehat dan dinamis.
Pelaksanaan
pola umum jangka panjang (25-30 tahun) dilakukan Orde baru secara periodik lima
tahun an yang disebut PELITA (pembangunan lima tahun). Tujuan dilakukannya
pembangunan jangka panjang adalah untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat dan
menciptakan stabilitas ekonomi antara pertanian dan juha industri di Indonesia.
Namun tujuan utama dari PELITA adalah di bidang pertanian. Pembangunan lima
tahun yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1.
Pelita
I
Dilaksanakan
mulai 1 April 1969 hingga 31 Maret 1974. Sasaran yang hendak sicapai adalah
pangan, sandang, papan, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani.
Pelita I lebih menekankan pembangunan di bidang pertanian.
2.
Pelita
II
Dilaksanakan
mulai 1 April 1974. Sasaran utama pelita II adalah tersedianya pangan, sandang,
perumahan, sarana dan prasarana, mensejahterakan rakyat, dan memperluas
kesempatan kerja.
3.
Pelita
III
Pelita
III dimulai pada 1 April 1979 sampai 31 Maret 1984. Pelita III menekankan pada
Trilogi Pembangunan dengan tekanan pada asas pemerataan, yaitu: pemerataan
pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak (pangan, sandang, dan papan);
pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan; pemeratan
pembagian pendapatan; pemerataan kesempatan kerja; pemerataan kesempatan
berusaha; pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan; pemerataan
penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air, dan; pemerataan memperoleh
keadilan.
4.
Pelita
IV
Dilaksanakan
pada tanggal 1 April 1984-31 Maret 1989. Pemerintah lebih menitikberatkan pada
sektor pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat
menghasilkan mesin industri sendiri.
5.
Pelita
V
Pelita
V dilaksanakan mulai 1 April 1989-31 Maret 1994. Pada pelita ini pemerintah
menitikberatkan pada sektor pertanian dan industri.
6.
Pelita
VI
Dilaksanakan
pada tanggal 1 April 1994 hingga 31 Maret 1999. Pada pelita ini pemerintah
menitikberatkan pembangunan pada sektor ekonomi yang berkaitan dengan industri
dan pertanian serta pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia
sebagai pendukungnya.
Dengan adanya berbagai rencana
pembangunan tersebut, tentu saja tidak membutuhkan dana yang sedikit untuk
membuat tercapainya semua rencana yang telah dibuat oleh pemerintah. Oleh
karena itu Indonesia berusaha untuk menarik investor asing untuk penanaman
modal Indonesia, mencari bantuan kredit luar negeri dan juga mengandalkan
devisa-devisa yang dihasilkan dari pendapatan ekspor Indonesia terutama dalam
sektor nonmigas. Dalam hal pembangunan di Indonesia badan keuangan
Internasional IMF juga memiliki peran penting. Dan pada akhirnya perekonomian
Indonesia mencapai kemajuan. Meskipun begitu kemajuan ekonomi dan pembangunan
di Indonesia tidak dibarengi dengan pemeratan dan juga landasan ekonomi yang
baik karena hanya pengusaha besar yang dekat dengan pemerintah yang menikmati
pembangunan ini.
- Diplomasi Konglomerasi
Harus
diakui bahwa Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto telah berhasil meningkatkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup tinggi dalam rentang waktu yang
panjang. Pada tahun 1984, Indonesia mengubah status dari bangsa pengimpor beras
menjadi bangsa yang dapat mememnuhi kebutuhan berasnya sendiri. Tercapainya
swasembada beras dianggap sebagai peristiwa fenomenal oleh dunia.
Pertumbuhan
ekonomi telah menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif tercatat
dalam bentuk penurunan angkak kemiskinan absolut yang diikuti dengan perbaikan
indikator kesejahteraan rakyat. Secara rata-rata perbaikan indikator tersebut
terlihat seperti penurunan angka kematian bayi dan angka partisipasi pendidikan
terutama pendidikan tingkat dasar yang semakin meningkat. Dampak negatif adalah
kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan sumber-sumber daya alam,
perbedaan ekonomi antardaerah, antargolongan pekerjaan, dan antarkelompok dakam
masyarakat semakin tajam.
Pembangunan
yang menjadi ikon pemerintah Orde Baru di sisi lain ternyata menciptakan
kelompok masyarakat yang terpinggirkan (marginalisasi sosial). Di pihak lain,
pembangunan di masa Orde Baru menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang sarat
dengan KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme). Pembangunan hanya mengutamakan
pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi kehidupan politik, ekonomi, dan sosial yang
demokratis dan berkeadilan. Meskipun berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
tetapi secara fundemantal pembangunan nasional sangat rapuh. Pada saat itu
dunia bisnis di Indonesia juga tidak lepas dari adanya intervensi oleh TNI dan
juga Polri. Upaya penegakan hukum juga lemah sehingga kondisi politik juga
sangat lemah. Selain itu hukum lebih berpihak pada pemerintah yang berkuasa,
dan juga kepada para konglomerat yang elah banyak mengambil uang rakyat.
Kesimpulan
Pelaksanaan
pembangunan Orde Baru bertumpu kepada program yang dikenal dengan Trilogi
Pembangunan, yaitu Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada
terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, Pertumbuhan ekonomi
yang cukup tinggi, Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. Dengan adanya
berbagai rencana pembangunan tersebut, tentu saja tidak membutuhkan dana yang
sedikit untuk membuat tercapainya semua rencana yang telah dibuat oleh
pemerintah. Dan pada akhirnya perekonomian Indonesia mencapai kemajuan.
Meskipun begitu kemajuan ekonomi dan pembangunan di Indonesia tidak dibarengi dengan
pemeratan dan juga landasan ekonomi yang baik karena hanya pengusaha besar yang
dekat dengan pemerintah yang menikmati pembangunan ini. Di pihak lain,
pembangunan di masa Orde Baru menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang sarat
dengan KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme). Pembangunan hanya mengutamakan
pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi kehidupan politik, ekonomi, dan sosial yang
demokratis dan berkeadilan.
Referensi
Mustopo, M.
Habib. 2007. Sejarah: SMA Kelas XII
Program IPS. Jakarta: Yudhistira.
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/04/strategi-pembangunan-nasional-masa-orde-baru-dan-reformasi/
No comments:
Post a Comment