Friday 5 October 2012

DIPLOMASI INDONESIA ERA KOLONIALISME BARAT

Pendahuluan
            Kolonialisme berasal dari bahasa latin Coloni yang berarti penjajahan atau tanah permukiman. Kolonialisme juga dapat diambil pengertian sebagai suatu sistem dimana suatu negara menguasai negara lain baik itu berupa rakyat maupun sumber daya alam negara lain dengan maksud untuk mengeksploitasi namun tetap berhubungan dengan negara asalnya. Biasanya negara yang menjajah berusaha untuk mengeruk keuntungan dari negara koloni untuk memperkaya negaranya sehingga negaranya tidak mengalami kekurangan dalam hal-hal tertentu. Mereka melakukannya dengan cara penaklukan terhadap negara koloni dan juga membentuk pemerintahan tertentu dan membuat pengaruh pada semua bidang kehidupan daerah koloni.
  1. Kemunduran Diplomasi Indonesia
Pada masa Kolonialisme diplomasi dan politik luar negeri Indonesia lebih banyak diperankan dan dimainkan oleh negara-negara penjajah di Indonesia. Oleh karena itu pada saat itu diplomasi Indonesia mengalami kemunduran karena adanya penguasaan oleh para Kolonial barat. Pada saat itu hubungan luar negeri Indonesia dipegang oleh kekuasaan Hindia Belanda. Sehingga segala macam bentuk dan sistem dalam politik luar negeri di atur oleh Hindia Belanda. Meskipun pada saat itu keadaan di mana Indonesia di jajah, namun ada beberapa tokoh Indonesia yang tetap menjalankan hubungan diplomatiknya dengan  negara lain. Salah satunya adalah Agus Salim yang merupakan diplomat untuk perwakilan hubungan diplomatik Indonesia dan Jeddah Arab, namun tetap saja Agus Salim merupakan hasil rekomendasi dari Kolonial Hindia Belanda.
Banyaknya campur tangan Belanda di Indonesia menyebabkan kurang terlihatnya bagaimana diplomasi Indonesia pada saat itu, sehingga diplomasi Indonesia pada masa itu mengalami kemunduran yang sangat signifikan. Namun ada segelintir rakyat Indonesia yang melaksanakan diplomasi namun sangat kecil seperti diplomasi yang dilakukan oleh kerajaan-kerajaan islam pada masa itu. Namun tidak terlalu berdampak pada negara karena hanya menyentuh sebagian kecil dan tidak pada seluruh rakyat Indonesia akibat kuatnya penguasaan Belanda di Indonesia.
Semakin kuatnya peran Hindia Belanda di Indonesia sebagai negara Koloni telah membuat Indonesia tidak benar-benar bisa menjalankan diplomasi dan Politik luar negerinya secara keseluruhan. Terlebih lagi bahwa Hindia Belanda menciptakan sebah persekutuan dagang yaitu VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie ) yang berdiri pada tahun 1602 dimana berfungsi untuk mengambil kekuasaan di bidang perdagangan di Indonesia dan juga sebagai alat untuk menguasai kekuasaan negara. Dengan adanya VOC, Indonesia telah mengalami perampasan hak-hak dalam bernegara karena keseluruhan negara di kuasai oleh Belanda termasuk sumber daya alam sebagai tujuan utama Belanda. Dengan adanya VOC, Belanda memiliki hak untuk memerintah daerah-daerah yang diduduki, hak untuk menyatakan perang, damai dan mengadakan perjanjian dengan raja-raja yang dikuasainya, hak untuk monopoli perdagangan dan juga hak untuk memiliki tentara. Kesemua hak tersebut seharusnya dimiliki oleh Indonesia dalam terutama dalam pelaksanaan diplomasi dan Politik luar negerinya. Akibat Belanda merupakan negara penjajah yang memiliki kemampuan yang sangat besar maka Indonesia tidak mampu melawan Belanda yang saat itu sangat kuat dan akhirnya Indonesia harus menerima untuk menjadi negara koloni yang pada akhirnya inilah yang menyebabkan kemunduran diplomasi Indonesia karena adanya Kolonialisme yang dilancarkan oleh para kolonialisme barat terutama Hindia Belanda.
  1. Diplomasi dan Politik Adu Domba
Politik adu domba pada masa kolonialisme barat banyak dipengaruhi oleh Belanda. Politik adu domba merupakan politik yang dilancarkan oleh Belanda dalam rangka untuk memecahbelahkan rakyat Indonesia sehingga terjadi kerusuhan dan juga kekacauan di antara sesama  mereka. Sistem imperialisme yang dilakukan oleh Belanda ini disebut dengan divide et impera atau politik memecah belah. Presiden pertama Indonesia, Soekarno mengatakan bahwa politik inilah yang telah membuat Belanda berhasil menguasai Indonesia selama beratus-ratus tahun. Oleh karena itu Soekarno berusaha untuk melawannya dengan melancarkan politik verdeel en heers yaitu pecahkan dan kuasai, dengan begitu kolonialisme Belanda tidak mampu lagi membangun imperialismenya di negara ini.
Cara-cara lain politik adu domba Belanda adalah dengan dilancarkan melalui pers, seperti surat-surat kabar terbitan Belanda yang selalu merendahkan, melemahkan upaya-upaya kaum Bumiputera dalam rangka membangkitkan nasionalisme mereka. Belanda juga melakukan politik adu domba melalui penggunaan agama, sehingga akibatnya sering terjadi konfrontasi dan juga kerusuhan yang disebabkan masalah antar umat beragama. Tidak hanya itu Belanda juga memecah belah administrasi Indonesia, sehingga dengan begitu rakyat Indonesia sangat sulitt untuk bersatu untuk mencapai kebebasan di negara mereka karena telah diatur oleh Belanda.
Imperialisme, kolonialisme dan juga politik adu domba yang digunakan oleh Belanda telah membuat bangsa Indonesia pada saat itu benar-benar mengalami kemunduran. Bahkan dapat dikatakan pada saat itu Belanda telah menghancurkan budaya dan juga karakter bangsa Indonesia. Pemikiran bahwa negara penjajah lebih superior dibandingkan bangsa Indonesia sendiri telah membuat bangsa Indonesia semakin terpuruk dan akibatnya Indonesia hanya bisa menerima keadaan tersebut. hal tersebut juga lah yang telah membuat rakyat indonesia kehilangan kepercayaan dirinya dan juga kebanggaan terhadap negaranya sendiri, sehingga dengan begitu rakyat indonesia sangat sulit bangkit dari penjajahan tersebut dan Belanda pada akhirnya memiliki kekuasaaan yang semakin besar di Indonesia.
Pada era kolonial, banyak hal-hal yang dilakukan oleh Belanda untuk mempengaruhi sebagian rakyat Indonesia melalui politik adu domba tersebut. antara lain Belanda berusaha memecah belahkan hubungan antara kerajaan dan juga rakyat atau antara hubungan kesultanan dengan rakyat pribumi. Tujuan Belanda tidak lain adalah untuk mengambil keuntungan dari kasus-kasus yang telah dia lakukan dan juga untuk secara perlahan-lahan memasuki Indonesia. Akhirnya lama-kelamaan belanda mengalami hubungan kedekatan dengan mereka yang nantinya dapat mempengaruhi pola pikir dan pengambilan keputusan dari para kerajaan yang dipengaruhinya. Tidak jarang politik adu domba yang dilancarkan oleh Belanda berujung pada perang saudara antar sesama mereka. Politik adu domba lain yang terjadi adalah pada saat sultan Sultan ‘Abulfath Abdul Fattah mengangkat anak pertamanya sebagai putra mahkota yang pada akhirnya memberi kekuasaan yang besar sehingga semua kebijaksanaan Sultan haruslah hasil musyawarah antara sultan, mangkubumi dan putra mahkota. belanda sengaja mendekati putra mahkota untuk kepentingannya yang akhirnya membuat perpecahan di kerajaan tersebut. namun teratasi karena pada saat itu sultan membuat suatu perjanjian.
Kesimpulan
            Kemunduran diplomasi Indonesia ditandai dengan adanya kolonialisme dan Imperialisme yang dilakukan oleh bangsa barat terhadap Indonesia terutama belanda. Hal tersebut karean adanya penguasaan Belanda terhadap Indonesia sehingga hubungan-hubungan diplomasi dan juga Politik luar negeri banyak dilakukan oleh belanda dengan tanpa memandang kepentingan Indonesia namun dengan memandang kepentingan negaranya. Meskipun begitu ada beberapa tokoh Indonesia yang juga telah menjalankan hubungan diplomatik dengan negara lain. Berdirinya VOC telah membuat peran kolonial Belanda semakin kuat karena melalui VOC Belanda mempunyai hak untuk menyatakan perang, damai dan membuat perjanjian dengan negara lain menurut kepentingannya, yang seharusnya dalam hal ini dilakukan oleh Indonesia. Kuatnya peran dan kekuasaan Belanda pada masa Kolonialisme Barat telah membuat Diplomasi Indonesia mengalami kemunduran.
            Politik adu domba yang dilakukan oleh Belanda telah sukses membuat rakyat Indonesia tercerai-berai. Melalui politik adu domba rakyat Indonesia pada saat itu terpecah-belah sehingga dengan begitu sangat sulit untuk bersatu melawan Belanda yang telah menguasai Indonesia selama beratus-ratus tahun. Hilangnya kepercayaan diri dan rasa bangga terhadap negara telah membuat rakyat Indonesia pada saat itu sangat sulit untuk bangkit dari penjajahan yang dilakuakan oleh kolonialisme Belanda.

Referensi
Team Cahaya Pustaka. 2006. SEJARAH , Program IPA Kelas X. Solo: CV. Cahaya Pustaka.
1984. Sejarah Nasional Indonesia, Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka.
http://www.berdikarionline.com/bung-karnoisme/20120205/bung-karno-dan-empat-strategi-melawan-imperialisme.html


No comments:

Post a Comment