Pendahuluan
Kolonialisme
berasal dari bahasa latin Coloni yang
berarti penjajahan atau tanah permukiman. Kolonialisme juga dapat diambil
pengertian sebagai suatu sistem dimana suatu negara menguasai negara lain baik
itu berupa rakyat maupun sumber daya alam negara lain dengan maksud untuk
mengeksploitasi namun tetap berhubungan dengan negara asalnya. Biasanya negara
yang menjajah berusaha untuk mengeruk keuntungan dari negara koloni untuk
memperkaya negaranya sehingga negaranya tidak mengalami kekurangan dalam
hal-hal tertentu. Mereka melakukannya dengan cara penaklukan terhadap negara
koloni dan juga membentuk pemerintahan tertentu dan membuat pengaruh pada semua
bidang kehidupan daerah koloni.
- Kemunduran Diplomasi Indonesia
Pada
masa Kolonialisme diplomasi dan politik luar negeri Indonesia lebih banyak
diperankan dan dimainkan oleh negara-negara penjajah di Indonesia. Oleh karena
itu pada saat itu diplomasi Indonesia mengalami kemunduran karena adanya
penguasaan oleh para Kolonial barat. Pada saat itu hubungan luar negeri
Indonesia dipegang oleh kekuasaan Hindia Belanda. Sehingga segala macam bentuk
dan sistem dalam politik luar negeri di atur oleh Hindia Belanda. Meskipun pada
saat itu keadaan di mana Indonesia di jajah, namun ada beberapa tokoh Indonesia
yang tetap menjalankan hubungan diplomatiknya dengan negara lain. Salah satunya adalah Agus Salim
yang merupakan diplomat untuk perwakilan hubungan diplomatik Indonesia dan
Jeddah Arab, namun tetap saja Agus Salim merupakan hasil rekomendasi dari
Kolonial Hindia Belanda.
Banyaknya
campur tangan Belanda di Indonesia menyebabkan kurang terlihatnya bagaimana
diplomasi Indonesia pada saat itu, sehingga diplomasi Indonesia pada masa itu
mengalami kemunduran yang sangat signifikan. Namun ada segelintir rakyat
Indonesia yang melaksanakan diplomasi namun sangat kecil seperti diplomasi yang
dilakukan oleh kerajaan-kerajaan islam pada masa itu. Namun tidak terlalu
berdampak pada negara karena hanya menyentuh sebagian kecil dan tidak pada
seluruh rakyat Indonesia akibat kuatnya penguasaan Belanda di Indonesia.
Semakin
kuatnya peran Hindia Belanda di Indonesia sebagai negara Koloni telah membuat
Indonesia tidak benar-benar bisa menjalankan diplomasi dan Politik luar
negerinya secara keseluruhan. Terlebih lagi bahwa Hindia Belanda menciptakan
sebah persekutuan dagang yaitu VOC (Verenigde
Oost Indische Compagnie ) yang berdiri pada tahun 1602 dimana berfungsi untuk
mengambil kekuasaan di bidang perdagangan di Indonesia dan juga sebagai alat
untuk menguasai kekuasaan negara. Dengan adanya VOC, Indonesia telah mengalami
perampasan hak-hak dalam bernegara karena keseluruhan negara di kuasai oleh
Belanda termasuk sumber daya alam sebagai tujuan utama Belanda. Dengan adanya
VOC, Belanda memiliki hak untuk memerintah daerah-daerah yang diduduki, hak
untuk menyatakan perang, damai dan mengadakan perjanjian dengan raja-raja yang
dikuasainya, hak untuk monopoli perdagangan dan juga hak untuk memiliki
tentara. Kesemua hak tersebut seharusnya dimiliki oleh Indonesia dalam terutama
dalam pelaksanaan diplomasi dan Politik luar negerinya. Akibat Belanda
merupakan negara penjajah yang memiliki kemampuan yang sangat besar maka
Indonesia tidak mampu melawan Belanda yang saat itu sangat kuat dan akhirnya
Indonesia harus menerima untuk menjadi negara koloni yang pada akhirnya inilah
yang menyebabkan kemunduran diplomasi Indonesia karena adanya Kolonialisme yang
dilancarkan oleh para kolonialisme barat terutama Hindia Belanda.
- Diplomasi dan Politik Adu Domba
Politik
adu domba pada masa kolonialisme barat banyak dipengaruhi oleh Belanda. Politik
adu domba merupakan politik yang dilancarkan oleh Belanda dalam rangka untuk
memecahbelahkan rakyat Indonesia sehingga terjadi kerusuhan dan juga kekacauan
di antara sesama mereka. Sistem
imperialisme yang dilakukan oleh Belanda ini disebut dengan divide et impera atau politik memecah
belah. Presiden pertama Indonesia, Soekarno mengatakan bahwa politik inilah
yang telah membuat Belanda berhasil menguasai Indonesia selama beratus-ratus
tahun. Oleh karena itu Soekarno berusaha untuk melawannya dengan melancarkan
politik verdeel en heers yaitu
pecahkan dan kuasai, dengan begitu kolonialisme Belanda tidak mampu lagi
membangun imperialismenya di negara ini.
Cara-cara
lain politik adu domba Belanda adalah dengan dilancarkan melalui pers, seperti
surat-surat kabar terbitan Belanda yang selalu merendahkan, melemahkan
upaya-upaya kaum Bumiputera dalam rangka membangkitkan nasionalisme mereka.
Belanda juga melakukan politik adu domba melalui penggunaan agama, sehingga
akibatnya sering terjadi konfrontasi dan juga kerusuhan yang disebabkan masalah
antar umat beragama. Tidak hanya itu Belanda juga memecah belah administrasi
Indonesia, sehingga dengan begitu rakyat Indonesia sangat sulitt untuk bersatu
untuk mencapai kebebasan di negara mereka karena telah diatur oleh Belanda.
Imperialisme,
kolonialisme dan juga politik adu domba yang digunakan oleh Belanda telah
membuat bangsa Indonesia pada saat itu benar-benar mengalami kemunduran. Bahkan
dapat dikatakan pada saat itu Belanda telah menghancurkan budaya dan juga
karakter bangsa Indonesia. Pemikiran bahwa negara penjajah lebih superior
dibandingkan bangsa Indonesia sendiri telah membuat bangsa Indonesia semakin
terpuruk dan akibatnya Indonesia hanya bisa menerima keadaan tersebut. hal
tersebut juga lah yang telah membuat rakyat indonesia kehilangan kepercayaan
dirinya dan juga kebanggaan terhadap negaranya sendiri, sehingga dengan begitu
rakyat indonesia sangat sulit bangkit dari penjajahan tersebut dan Belanda pada
akhirnya memiliki kekuasaaan yang semakin besar di Indonesia.
Pada
era kolonial, banyak hal-hal yang dilakukan oleh Belanda untuk mempengaruhi
sebagian rakyat Indonesia melalui politik adu domba tersebut. antara lain Belanda
berusaha memecah belahkan hubungan antara kerajaan dan juga rakyat atau antara
hubungan kesultanan dengan rakyat pribumi. Tujuan Belanda tidak lain adalah
untuk mengambil keuntungan dari kasus-kasus yang telah dia lakukan dan juga
untuk secara perlahan-lahan memasuki Indonesia. Akhirnya lama-kelamaan belanda
mengalami hubungan kedekatan dengan mereka yang nantinya dapat mempengaruhi
pola pikir dan pengambilan keputusan dari para kerajaan yang dipengaruhinya.
Tidak jarang politik adu domba yang dilancarkan oleh Belanda berujung pada perang
saudara antar sesama mereka. Politik adu domba lain yang terjadi adalah pada
saat sultan Sultan ‘Abulfath Abdul Fattah mengangkat anak pertamanya sebagai
putra mahkota yang pada akhirnya memberi kekuasaan yang besar sehingga semua
kebijaksanaan Sultan haruslah hasil musyawarah antara sultan, mangkubumi dan
putra mahkota. belanda sengaja mendekati putra mahkota untuk kepentingannya
yang akhirnya membuat perpecahan di kerajaan tersebut. namun teratasi karena
pada saat itu sultan membuat suatu perjanjian.
Kesimpulan
Kemunduran
diplomasi Indonesia ditandai dengan adanya kolonialisme dan Imperialisme yang
dilakukan oleh bangsa barat terhadap Indonesia terutama belanda. Hal tersebut
karean adanya penguasaan Belanda terhadap Indonesia sehingga hubungan-hubungan
diplomasi dan juga Politik luar negeri banyak dilakukan oleh belanda dengan
tanpa memandang kepentingan Indonesia namun dengan memandang kepentingan
negaranya. Meskipun begitu ada beberapa tokoh Indonesia yang juga telah menjalankan
hubungan diplomatik dengan negara lain. Berdirinya VOC telah membuat peran
kolonial Belanda semakin kuat karena melalui VOC Belanda mempunyai hak untuk
menyatakan perang, damai dan membuat perjanjian dengan negara lain menurut
kepentingannya, yang seharusnya dalam hal ini dilakukan oleh Indonesia. Kuatnya
peran dan kekuasaan Belanda pada masa Kolonialisme Barat telah membuat
Diplomasi Indonesia mengalami kemunduran.
Politik adu domba yang dilakukan
oleh Belanda telah sukses membuat rakyat Indonesia tercerai-berai. Melalui
politik adu domba rakyat Indonesia pada saat itu terpecah-belah sehingga dengan
begitu sangat sulit untuk bersatu melawan Belanda yang telah menguasai
Indonesia selama beratus-ratus tahun. Hilangnya kepercayaan diri dan rasa bangga
terhadap negara telah membuat rakyat Indonesia pada saat itu sangat sulit untuk
bangkit dari penjajahan yang dilakuakan oleh kolonialisme Belanda.
Referensi
Team Cahaya
Pustaka. 2006. SEJARAH , Program IPA
Kelas X. Solo: CV. Cahaya Pustaka.
1984. Sejarah Nasional Indonesia, Jilid II. Jakarta:
Balai Pustaka.
http://www.berdikarionline.com/bung-karnoisme/20120205/bung-karno-dan-empat-strategi-melawan-imperialisme.html
No comments:
Post a Comment