Paper
ini merupakan resume dari buku yang berjudul “Hubungan Utara Selatan: Konflik
Atau Kerja Sama” oleh Martin Khor Kok Peng yang diterbitkan oleh PT Gramedia
Pustaka Utama.
Bab 1
PENDAHULUAN
Pada saat ini dunia berada pada
persimpangan jalan.Tata dunia baru telah runtuh, sementara yang baru belum
muncul.Beberapa orang meyakini bahwa dunia yang akan datang akan menyajikan
berbagai kemungkinan yang luar biasa.”Sepuluh tahun yang akan datang membawa
janji pertumbuhan ekonomi yang luar biasa, yang mungkin belum pernah terjadi
sebelumnya didunia ini (The economist,
13-19 Juli 1991)”. Semenjak Perang Dingin berakhir dunia dapat bernafas lebih
lega, demokrasi mulai mekar, dan derap kekuatan-kekuatan pasar akan membawa
kemakmuran bagi semua orang. Namun sebagian orang juga meyakini dunia baru yang
akan muncul merupakan alasan untuk merasa semakin tertekan.
Dunia
pada akhir abad kedua puluh merupakan dunia yang sungguh rentan dan mudah
pecah.Ketikakonfrontasi Timur-Barat mereda, berbagai perbedaan Utara-Selatan
dalam pendapatan, kekuatan dan kepentingan, kini lebih mengemuka. Bentuk
hubungan internasional pada masa yang akan datang akan ditentukan oleh cara
bagaimana isu Utara-Selatan ditangani. Demikian, berlaku juga bahwa masa depan
Selatan akan ditentukan oleh bentuk hubungan-hubungan internasional .dalam
konteks inilah kita harus memahami dan menginterpretasikan keadaan kerja sama
internasional.
BAB
2
DARI
PEMERINTAHAN KOLONIAL KE KONTROL MULTILATERAL PASCA-KOLONIAL
Dalam
periode kolonial, banyak negara Utara melakukan invasi dan kolonisasi wilayah
yang kini menjadi negara-negara Selatan, dengan tujuan untuk mencari akses
langsung terhadap sumber-sumber alam yang ada di kawasan itu. Dengan kata lain,
untuk mendapatkan bahan-bahan baku guna memasok mesin industri Utara, dan untuk
membuka berbagai pasar baru bagi perusahaan-perusahaan yang berasal dari Utara.
Atas nama pasar bebas, diplomasi kapal meriam menundukkan Selatan di bawah
pendudukan kolonial secara langsung.sebagai contoh, invasi Barat atas Cina
mulai ketika pemerintahan di Cina menolak candu yang diimpor dari Inggris,
dengan alasan pemeliharaan kesehatan dan pelestarian budaya. Warga koloni
kehilangan kedaulatan dan pemerintahannya sendiri; sementara ekonomi mereka dibentuk
sedemikian rupa,sehingga hanya melayani dan menguntungkan kepentingan tuan-tuan
kolonial. Demikianlah tata dunia modern ini berkembang selama dua abad yang
telah silam.
Kolonialisme
langsung itu terlalu transparan, dan terlalu jelas tidak adil, dan tidak dapat
berlangsung terus. Di bawah pengaruh perjuangan kemerdekaan, kebanyakan daerah
koloni itu mendapat kemerdekaan mereka dalam masa dua atau tiga dekade setelah
Perang Dunia II. Kendati demikian, segera menjadi jelas bahwa walaupun mereka
mendapatkan kemerdekaan politik, negara-negara Dunia Ketiga masih terperangkap
dalam tata ekonomi dunia yang lebih luas dan yang tidak adil. Tata ekonomi yang
tidak adil itu tidak hanya tak berubah, melainkan justru semakin
mengintensifkan sifat eksploitatifnya yang sudah mulai sejak periode kolonial
dulu. Dengan demikian Selatan terus menjadi korban dari sistem dunia yang di
tandai oleh monopoli-monopsoni: menjual
murah kepada—dan membeli lebih mahal dari—perusahaan-perusahaan Utara.
Perdagangan yang tidak adil itu menjadi semakin timpang lagi karena
kecenderungan historis yang masih terus berlangsung, di mana perdagangan
Selatan semakin memburuk selama setengah abad setelah Perang Dunia II.
Selama masa kolonialisme, perangkat keamanan
politik pemerintahan penjajah secara langsung terus mempertahankan
wilayah-wilayah koloni di tempat mereka, sementara para tuan kolonial itu
saling bersaing di antara sesama mereka. Pertentangan mereka memuncak pada
Depresi Besar pada tahun 1930-an, dan dalam Perang Dunia II. Sementara
perusahaan-perusahan besar yang dibesarkan melalui kolonialisme terus melakukan
ekspansi menjadi perusahaan-perusahaan raksasaa multinasional yang merambah
banyak sektor di dalam era pasca-kolonial, berbagai institusi multilateral itu
melakukan fungsi penjagaan terhadap tata internasional yang amat luas dan
bersifat makro, guna melangsungkan status quo.
Pada matra politik, Perserikatan Bangsa-Bangsa
menjadi sebuah forum bagi negara-negara kebangsaan untuk menyuarakan berbagai
kepentingan dan keprihatinan mereka. Kendati demikian, struktur kekuasaan Dewan
Keamanan di bebani oleh hak veto yang dimiliki oleh lima negara raksasa;dan hal
itu amat membatasi potensi demokratis yang melekat pada PBB, dan
membuatnya menjadi mudah dimanipulasi
oleh kekuatan-kekuatan yang besar. Pada matra ekonomi, dibentuk tiga institusi
untuk menangani persoalan peralihan dari era kolonial ke era pasca-kolonial.
Ketiga institusi tersebut adalah Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund, IMF) dan
Persetujuan Umum mengenai Tarif dan Perdagangan (General Agreement on Tariffsand Trade, GATT). Bank Dunia menjadi
mekanisme utama untuk menempa model-model pembangunan pasca–kemerdekaan bagi
negara-negara Selatan. Bank Dunia melakukan hal itu melalui pinjaman yang
terikat dengan berbagai kebijakan yang mendorong semakin terintegrasikannya
negara-negar Selatan dengan pasar dunia. Peran utama IMF adalah mengatur neraca
pembayaran luar negeri berbagai negar, dengan menyediakan pinjaman, dengan
memaksakan disiplin finansial tertentu terhadap negara-negara yang menghadapi
masalah neraca pembayaran.
Pada tahun-tahun terakhir ini, Bank Dunia dan
IMF bekerja erat dalam negoisasi dengan pemerintah-pemerintah Dunia Ketiga yang
menghadapi masalah pembayaran utang luar negeri. Hal itu dilakukan dengan cara
melakukan penjadwalan ulang pembayaran utang luar negeri maupun dengan
pemberian pinjaman baru. Sejalan dengan itu peran GATT dimaksudkan untuk
memajukan dan mengatur liberalisasi perdagangan dunia, yang telah memudahkan ekspansi
berbagai sektor di dalam unit ekonomi nasional, dan dengan demikian menjamin
mengalirnya bahan baku dari Selatan ke Utara, seta mengalirnya barang-barang
manufaktur dari Utara ke Selatan, maupun perluasan perdagangan di antara
negara-negara Utara sendiri.
Secara
kolektif Dunia Ketiga berusaha agar Utara mengakui dan menerima pentingnya
upaya untuk membuat sistem ekonomi dunia menjadi lebih adil dengan memanfaatkan
berbagai Organisasi Internasionalnya seperti Gerakan Non Blok dan Kelompok 77
guna untuk mengajukan tuntutan terhadap keuntungan yang lebih besar dari
keuangan dan perdagangan dunia. Dunia Ketiga berhasil dalam perjuangan agar PBB
pada tahun 1974 menerima dan memberlakukan deklarasi tata ekonomi Internasional
baru (New International Economic Order,
NIEO). Adapun prinsip dasar dari NIEO adalah kesamaan kedaulatan, hak
setiap negara untuk untuk memilih sistem sosial dan sistem ekonominya sendiri,
pengawasan dan pengaturan terhadap kegiatan-kegiatan perusahaan transnasional
dan perlakuan berdasarkan pilihan tertentu yang tidak begitu saja bersifat
timbal balik serta member kemudahan terhadap peran berbagai asosiasi produsen.
BAB
3
Krisis
Ekologi dan Urgensi Kerjasama Pembangunan
Sejak Perang Dunia II proses
“Pembangunan” telah membuka bidang yang luas di Dunia Ketiga dengan
menyempurnakan proses yang dimulai yaitu kolonialisme. Pendapatan ekspor
dipakai untuk pembayaran impor barang konsumen dari negara asing serta berbagai
masukan mesin dan teknologi asing. Pemasokan yang terus-menerus terhadap bahan
baku murah mempermudah pertumbuhan ekonomi jangka panjang di Utara. Pada saat
Utara menikmati pendapatan yang lebih tinggi dari Selatan maka terjadilah
kesenjangan kemakmuran antara Utara dan Selatan makin luas. Ekploitasi bahan
mentah dan tanaman perdagangan telah menyebabkan penipisan dan sumber daya alam
termasuk energi, mineral, dan sumber daya hayati.
Impor teknologi Utara yang tidak
tepat guna telah menghancurkan sistem produksi asli di Selatan yang lebih
sesuai dengan menopang daya dukung ekologi, dan tidak menghancurkan sumber daya
alam. Misalnya, penangkapan ikan dengan pukat modern diperkenalkan ke Dunia
Ketiga melalui program bantuan bilateral dan multilateral. Dalam bidang
pertanian, bahan kimia yang dikembangkan di Utara dialihkan ke Selatan melalui
Revolusi Hijau yang semakin hari semakin dilihat kegagalannya sebagai ancaman
terhadap ekologi. Sistem pertanian tradisional merupakan sistem pertanian yang
lebih unggul dilihat dari segi ekologi dan sistem ekonomi jangka panjang. Perubahan
sistem tradisional ke modern dipandang sebagai kekeliruan. Model pembanguna
setelah Pernag Dunia mengancam hutan sebagai sumber ekonomi yang harus
dimanfaatkan atau dikembangkan.
Selain itu pembuatan bendungan besar
di Dunia Ketiga menjadi pemikiran yang tak terbantah bahwa hal itu sepenuhnya
menguntungkan karena mampu menyediakan listrik dan pemasokan air bagi kawasan
yang luas. Akibat dari pembuatan bendungan antara lain adalah rusaknya kawasan
hutan yang sangat luas, umur bendungan yang tidak terbatas, meluasnya penyakit
yang menular melalui air dan dislokasi perumahan. Dan yang mendapat manfaat
dari bendungan adalah industri-industri besar yang memanfaatkan banyak listrik
dan perusahaan konstruksi bendungan.
Tidak dapat disangkal
bahwa berbagai badan kerja sama internasional seperti badan-badan PBB atau
berbagai institusi multilateral lain seperti Bank Dunia, Dana Moneter
Internasional, dan GATT atau badan bantuan bilateral, atau badan-badan swasta
yang memberi hibah, termasuk berbagai institusi riset yang telah memainkan
peran besar dalam membiayai dan memberi berbagai kemudahan bagi transisi dari
kolonialisme langsung ke tata ekonomi pasca kolonial yang dominan di Dunia
Ketiga. Dengan latar belakang krisis
ekologi itu, paradigma yang dominan dari pertumbuhan dan modernisasi ekonomi,
kini ditantang oleh paradigma yang mulai muncul, yaitu paradigma ekologi dan
pembangunan berkelanjutan.
Organisasi pangan dan
pertanian (FAO) juga telah dikritik karena perannya dalam mempromosikan sistem
pertanian yang amat tergantung pada bahan-bahan kimia, penangkapan ikan dengan
perahu pukat, penebangan hutan-hutan tropis, dan berbagai kegiatan yang
menggantikan sistem asli yang berkelanjutan dengan berbagai teknologi yang
tidak mendukung lingkungan hidup. Bank Dunia juga dikritik karena telah
mendorong negara-negara Dunia Ketiga untuk memperbesar produksi tanaman
perdagangan dengan memperluas areal bagi tanaman ekspor, maupun untuk
memperbesar produksi mineral, dengan memanfaatkan proyeksi yang menunjukkan
terus semakin meningkatnya permintaan dunia akan berbagai komoditas, yang
ternyata terbukti terlalu tinggi.
BAB 4
Krisis Ekonomi 1980-An
Dan Berakhirnya Kerjasama Utara-Selatan
Tahun 1970-an terjadi
lonjakan harga minyak yang dramatis, dan harapan akan terobosan kerjasama
Utara-Selatan terwujud dalam deklarasi PBB, NIEO (New Internasional Economic
Order/ Tata Ekonomi Internasional Baru). Tahun 1980-an terjadi pembalikan nasib
baik selatan dengan amat tajam. Banyak negara Dunia Ketiga jatuh dalam utang
luar negeri yang tidak dapat mereka bayar. Bank-bank komersial merebak karena
surplus dana yang sebagian berasal dari ledakan harga minyak. Bank-bank itu
menyajikan pinjaman yang besar kepada Dunia Ketiga, yang diapakai untuk
membiayai birokrasi negara yang amat besar, maupu perusahaan-perusahaan, serta
begitu banyak proyek ekonomi yang dipasarkan oleh perusahaan-perusahaan
transnasional dan yang sering kali disertai pembayaran balik. Kesulitan
pembayaran utang luar negeri di Dunia Ketiga semakin pelik lagi karena rendahnya
harga-harga komoditas, tingginya suku bunga, dan fluktuasi mata uang
negara-negara utara.Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional yang
mengkoordinasikan kebijakan bank-bank komersial, campur tangan ketika
negara-negara Dunia Ketiga berada diambang kegagalan, dan menyajikan tawaran
untuk melakukan penjadwalan ulang.Hal itu dilakukan dengan syarat bahwa
negara-negara Dunia Ketiga tersebut mau melakukan penyesuaian struktural.
Ketika utara tidak
menaruh minatnya lagi dan selatan kehilangan pengaruhnya, pengaruh UNCTAD pun
secara bertahap terkikis. Sebelumnya UNCTAD menjadi forum utama di dalam PBB
bagi dialog Utara-Selatan, forum kerjasama yang potensional yang meliputi
cakupan isu ekonomi yang luas. Tetapi, ketika minat dan kepentingan utara
sehubungan dengan kerjsama itu meredup, berbagai kajian, deklarasi, dan
negosiasi UNCTAD semakin kehilangan bobotnya. Kini pada tahun 1990-an,
kekuasaan untuk menentukan jalannya berbagai peristiwa ekonomi dunia
bahkan menjadi semakin terkonsentrasi di
utara, dan dilamnya secara lebih khusus lagi terkonsentrasikan pada tujuh
kekuatan besar. Selatan sendiri menjadi negara-negara industri baru dan
negara-negara yang terlilit utang akan selalu tertekan.
Dekade 1980-an
dipandang sebagai dekade kembali berjanya berbagai perusahaan transnasional.
Pada tahun 1960-an dan 1970-an perusahaan-perusahaan transnasional berada pada
posisi defensif. Banyak pemerintah Dunia Ketiga melakukan nasionalisasi,
membatasi kebebasan dan kekuasaan perusahaan-perusahaan asing. Perusahaan asing
mendapatkan citra buruk dan dipandang sebagai instrumen kekuasaan penjajahan
dunia, serta sebagai kekuatan di balik campur tangan politik utara di
negara-negara selatan. Telaah singkat mengenai peristiwa-peristiwa ekonomi ini
menunjukkan kemunduran dalam kerja sama ekonomi internasional.
BAB 5
Tata Dunia Baru:
Kembali Ke Kolonialisme Langsung?
Karena tak ada lagi
persaingan Timur-Barat, Utara kini juga kurang bersedia untuk mengakomodasikan
berbagai tuntutan Selatan dalam perundingan-perundingan ekonomi. Eropa Timur
dan USSR juga telah mengurangi bantuan dan hubungan perdagangan yang istimewa
dengan beberapa negaraSelatan.
Blok soviet kini
menjadi ancaman dalam persaingan terhadap Selatan karena blok itu menarik
perhatian ekonomi dan politik dari utara kearah dirinya. Amerika Serikat dan
Eropa Barat siuk menaruh keprihatinannya terhadap Eropa Timur bukan ke
Selatan.Hal ini memperlemah posisi tawar menawar yang dimiliki Selatan
berhadapan dengan Utara dan prusahaan transnasional. Di bidang politik,
penarikan Uni Soviet dari persaingan politik pada skala global membuka jalan
bagi Utara khusunya Amerika Serikat untuk semakin berani menggunakan sarana
politik dan militer agar Selatan bertekuk lutut.
Negara adidaya dapat
memperkosa hokum internasional dan tidak memperdulikan atau dapat memveto
berbagai keputusan dan resolusi PBB atau institusi terkait.Standar ganda dalam
praktek hubungan internasional mencolok tampil pada Perang Teluk. Perang ini
sebenarnya bukanlah aneksasi Kuwait melainkan tanggapan yang dilancarkan dan
disetir oleh Amerika Serikat.dapat disimpulkan bahwa perang melawan Irak
dikobarkan untuk menjaga dan memperkokoh berbagai kepentingan Barat di Asia
Barat, untuk melindungi sekutu Israel mereka dan untuk membela sumber pemasokan
minyak maupun cara hidup mereka. PBB dalam hal ini dimanfaatkan untuk mensahkan
perang tersebut dan untuk menolak gencatan senjata dan perundingan ketika
perang itu sebenarnya hampir berakhir.
Munculnya
system politik unipolar memiliki beberapa implikasi yang gawat bagi kerjasama
internasional. Blok Uni Soviet telah mengalami disintegrasi. Sementara itu,
dengan dipimpin oleh Amerika, Utara yang merasa jaya itu telah menunjukkan
kemampuan dan kehendak untuk membela berbagai kepentingannya melawan ancaman
yang mereka perkirakan akan ditimbulkan oleh negara Dunia Ketiga. Hal itu
dilakukan dengan menggunakan berbagai sarana yang paling biadab, bahkan dengan
mengorbankan beribu-ribu penduduk Dunia Ketiga, guna menekan korban militer
Utara sekecil mungkin.
Putaran
Uruguay: Komponen Ekonomi tata Dunia Baru
Pihak
Utara berupaya untuk menggerogoti “prinsip pembangunan” yang sekarang
dinyatakan pada peraturan GATT, yang memberikan konsesi kepada negara-negara
Dunia Ketiga, atas dasar pemikiran bahwa konsesi itu diperlukan apabila
negara-negara tersebut diharapkan dapat berkembang dari keterbelakangan mereka.
Utara kini sedang berupaya untuk membawa sektor jasa ke dalam kerangka GATT
atau regulasi gaya GATT. Utara megusulkan agar sektor jasa dibebaskan,
sedemikian rupa sehingga negara-negara anggota GATT harus membiarkan
perusahaan-perusahaan jasa asing (dalam sektor-sektor seperti perbankan,
asuransi, keuangan, jasa professional, media dan budaya) untuk mendirikan basis
di negara mereka.
Dalam bidang
perundingan Putaran Uruguay lain yang menyangkut hak milik intelektual yang
terkait dengan perdagangan (trade-related
intellectual property rights, TRIPs), Utara justru akan melawan prinsip
liberalisasi dan “perdagangan bebas” dengan cara mengusulkan agar negara-negara
Dunia Ketiga memperkenalkan atau memberlakukan undang-undang paten yang ketat
dan peraturan lain yang terkait, yang akan memberikan perlindungan yang ampuh
terhadap berbagai perusahaan atau orang-orang dari Utara, yang memiliki 99%
dari hak paten yang ada di dunia sekarang ini.
Proteksionisme
adalah perlindungan terhadap keuntungan para penemu yang mengekang penyebaran
teknologi atau pengetahuan, dan dengan demikian menghalangi perkembangan
teknologi di Selatan.Dengan jelas bahwa proteksionisme bertentangan dengan
liberalisasi yang didukung oleh Utara di dalam negosiasi mengenai TRIMs dan
jasa.Di dalam negoisasi TRIPs, Dunia Ketiga mengemukakan argumentasi mereka
bahwa negara-negara memiliki hak untuk menentukan bidang-bidang yang dapat
dikenai paten, beserta jangka waktu dan persyaratan bagi perlindungan paten. Regim
hak milik intelektual harus mengimbangi hak-hak yang diberikan kepada para
pemiliknya dengan kewajiban yang harus mereka pikul. Negosiasi Utara-Selatan di
dalam Putaran Uruguay akan memiliki implikasi yang luar biasa besar bagi
keadaan kerjasama internasional untuk dekade-dekade yang akan datang. Apabila
usul Utara saat ini berhasil mereka desakkan, Selatan akan terjerat masuk
perangkap, dimana ia akan memiliki ruang yang semakin sempit untuk mengontrol
atau menyetir ekonomi nasional.
BAB 7
KRISIS LINGKUNGAN
HIDUP: KESEMPATAN UNTUK MEMPERBARUI KERJA SAMA INTERNASIONAL
Meskipun dalam bidang
ekonomi, Utara-Selatan telah menghasilkan berbagai kerjasama untuk mengejar
kepentingan mereka, bidang lain yang sedang berkembang pesat yaitu krisis
lingkungan hidup, dimana terdapat kesempatan besar untuk membawa kerja sama
internasional kembali ke dalam agenda global. Persoalan yang gawat sehubungan
dengan penipisan berbagai sumber daya, polusi dan pencemaran, racun dan
kesehatan lingkungan serta perubahan iklim yang semuanya itu menuntut suatu
penanganan yang mendesak yang tidak hanya harus dicapai pada tingkat nasional,
melainkan juga pada tingkat internasional. Pemecahan masalah itu tidak dapat
hanya dicapai dengan sarana teknologi, tetapi terutama melibatkan perubahan
mendasar di bidang ekonomi, model-model pembangunan, gaya hidup, distribusi
sumber daya dan pendapatan maupun hubungan politik internasional. Oleh karena
itu, krisis lingkungan hidup tersebut merupakan kesempatan juga untuk
memusatkan pikiran dan kehendak para pemimpin politik, maupun semua orang,
beserta organisasi mereka pada berbagai strategi kerja sama dan mekanisme yang
luas, yang akan saling menguntungkan, sekaligus mampu menjaga kelangsungan
hidup di planet bumi ini.
Karena akar krisis
ekologi itu terdapat dalam sistem sosial dan ekonomi, di dalam metode-metode
dan skalaa produksi maupun di dalam distribusi, komposisi dan gaya konsumsi,
secara intelektual jelas bahwa diperlukan suatu perubahan drastis pada sistem
sosial dan ekonomi tersebut, guna menahan dan mengatasi krisi tersebut. Dunia
Ketiga masih memiliki bagian yang cukup besar dari sumber-sumber alam dunia.
Sumber-sumber itu mengalami penipisan ketika digali dan diubah menjadi bahan
baku dan komoditas yang terutama dimaksudkan untuk diekspor ke Utara, guna
mendukung produksi dan konsumsinya. Sebagai pihak yang telah menderita karena
efek sosial dari penyesuaian struktural finansial, Selatan kini dapat dipaksa
untuk menanggung beban terberat dari penyesuaian ekonomi baru yang didiktekan
oleh kepentingan lingkungan hidup global.Sejumlah negara Dunia Ketiga menolak
kemungkinan ini di dalam UNCED.
Pada bulan Juni 1991,
Konferensi Tingkat Menteri mengenai Lingkungan dan Pembangunan diselenggarakan
oleh 41 negara sedang berkembang di Peking. Deklarasi konferensi itu menekankan
bahwa ketimpangan di dalam hubungan-hubungan ekonomi internasional saat ini
telah menggerogoti kemampuan negara-negara sedang berkembang untuk secara
efektif ambil bagian dalam upaya lingkungan global; dan bahwa oleh karena itu
wajiblah untuk membangun tata ekonomi internasional yang baru dan adil, yang
kondusif bagi pembangunan berkelanjutan di negara-negara sedang berkembang,
“dan dengan begitu menciptakan kondisi mutlak diperlukan bagi kerja sama global
untuk melindungi dan melestarikan lingkungan hidup. Pernyataan itu cukup jelas
mengungkapkan pandangan pemerintahan negara-negara Selatan mengenai berbagai
prinsip yang mestinya dijadikan dasar perundingan internasional mengenai
lingkungan hidup, dengan mengaitkan isu-isu ekonomi dan lingkungan, di samping
juga mengaitkan persoalan mengenai penyesuaian yang dituntut bagi
hubungan-hubungan Utara-Selatan dengan berbagai kebutuhan ekonomi Dunia Ketiga.
Namun, saat ini
kesempatan bagi persetujuan semacam itu jutru tidak tampak cerah. Justru amat
mungkin untuk tahun-tahun yang akan datang berbagai pemerintahan masih harus
melakukan tawar-menawar sementara lingkungan global akan terus semakin turun
mutunya dan rusak.
BAB 8
KESIMPULAN
Dalam perspektif dunia
ketiga, keadaan kerjasama internasional saat ini jelas tidak cerah.
Kekuatan-kekuatan utara telah berusaha dan berhasil mengelola transisi dari
dunia kolonial ke dunia pasca-kolonial, dengan cara-cara yang sesungguhnya
semakin mengetatkan control mereka
terhadap pemanfaatan berbagai sumber daya yang ada di dunia, sementara
mereka juga menyebarkan model pembangunan, budaya dan gaya hidup barat ke
negara-negara yang baru merdeka. Muncul dan tenggelamnya konsep tata ekonomi
internasional baru sekali lagi menegaskan bahwa kekuasaanlah yang menentukan
bentuk dan perkembangan suatu tata keteraturan, termasuk tata keteraturan
internasional itu. Suatu tata ekonomi internasional harus secara agak luas
mengacu pada aturan main yang mengatur kerjasama ekonomi dari negara-negara
berdaulat dalam berbagai lingkup, di samping mengacu pada aturan main yang
didukung oleh distribusi kekuasaan yang ada.
Model-model pembangunan yang
di ekspor dan dilaksanakan di dunia ketiga ini semakin baanyak dikaji secara
saksama. Berbagai institusi yang pada pokoknya dimaksudkan bagi kerjasama
internasional juga secara kritis di evaluasi dan dinilai ulang sehubungan
dengan perannya dalam menyebarkan model-model pembangunan tersebut.
Pertama, model-model ekonomi
telah gagal. Kemiskinan meningkat, dan pendapatan per kapita anjlok, sementara
penderitaan di sebagian besar negara-negara selatan malah meningkat.Kedua,
model ejkonomi utara dengan variannya di ekspor ke selatan melalui pembangunan,
telah memunculkan krisis ini tercipta dalam periode pasca Perang Dunia II,
ketika banyak didirikan berbagai badan multilateral yang terkait dengan
pembangunan. Dari perspektif ekologi, kita dapat melihat ke belakang bahwa
sistem-sistem pertanian modern yang amat tergantung pada bahan-bahan kimia yang
didesakkan kepada dunia ketiga pada dasarnya memiliki kelemahan yang amat
merugikan, sehingga keruskan hutan dan sumber-sumber disediakan oleh agen-agen
memiliki berbagai dampak ekologi dan ekonomi jangka panjang amat negatif.
Sehubungan dengan berbagai
kesulitan yang menghadang selatan sekarang ini, kita tidak dapat teruys menerus
mempermasalahkan kolonialisme, ketimpangan pasca kolonial dalam sistem dunia,
atau utara beserta agen-agen multilateral. Kaum elit dunia ketiga juga ikut
member andilnya dalam persoalan itu dengan mengimplementasikan model-model yang
timpang dan merusak lingkungan, atau dengan menyalurkan simpanan dan investasi
mereka ke luar negeri, melalui pelarian modal.
Penurunan tingkat konsumsi
utara dapat diikuti dengan peningkatan pendapatan di selatan, yang kini haris
disalurkan untuk memenuhi kebutuhan mayoritas penduduk atau produk mewah. Dalam
situasi seperti itu, terdapat peran positif yang dapat dimainkan oleh kerjasama
internasional, yaitu untuk mempromosikan transisi kea rah tata internasional
yang lebih adil dan seimbang, dimana utara ikut menanggung beban atas
penyesuaian structural di dalam kawasan utara sendiri, maupun bagi munculnya
kemitraan yang sungguh murni dengan delatan.
Dunia semacam itu akan
merupakan dunia yang lebih membahagiakan daripada yang sekarang ini kita
miliki, suatu dunia dimana upaya pencarian hal-hal bersifat material member
jalan dan kemungkinan juga terhadap pengembangan hubungan-hubungan manusiawi.
Suatu dunia dimana kepentingan diri tidak disamakan dengan pengumpulan
barang0barang bagi diri sendiri dalam persaingannya dengan orang lain,
melainkan sebagai pemenuhan diri terus menerus melalui hubungan-hubungan yang
harmonis dengan sesame dan dengan alam.
Komentar
Terhadap Buku :
Secara umum buku ini
menceritakan mengenai adanya konflik antara utara dan selatan terutama dalam
bidang ekonomi dan politik. Dijelaskan bahwa konflik ini disebabkan terjadinya
ketimpangan antara Negara-negara di utara dan Negara-negara di selatan.
Ketimpangan ini timbul karena adanya perbedaan kekuatan dan juga kemampuan
masing-masing Negara dalam mengelola kekayaannya dan juga akibat kuatnya
Negara-negara utara sehingga dapat dengan mudah mengatur Negara-negara selatan
yang cenderung miskin dan juga merupakan Negara dunia ketiga.
Selain itu kuatnya penguasaan
utara menyebabkan selatan menjadi Negara yang dijajah, terutama ketika
terjadinya perang dunia. Meskipun begitu, dengan berakhirnya perang dunia dua
tidak lantas membuat Negara dunia ketiga menjadi merdeka dan mandiri, mereka
bahkan semakin dijajah dengan bentuk kolonialisasi baru yaitu berupa
perdagangan bebas, dan juga peraturan yang merugikan Negara mereka dalam
berbagai organisasi seperti world bank, GATT, dan sebagainya. Selain itu,
ditambah dengan isu baru yaitu isu lingkungan hidup membuat Negara-negara
selatan terbatas dan dibatasi oleh berbagai aturan-aturan dalam mengelola
kekayaan alamnya, hal ini disebabkan agar dunia tetap terjaga keseimbangannya.
Hal ini merupakan berbagai bentuk isu yang dibuat oleh Negara utara untuk
mengkolonisasi kembali Negara-negara selatan.
Buku ini merupakan buku yang
baik untuk digunakan bagi mahasiswa yang belajar mengenai masalah ini khususnya
hubungan internasional, disini secara lengkap dijelaskan bagaimana awal terjadi
ketidakseimbangan dan ketimpangan antara utara dan selatan sehingga pada
akhirnya menimbulkan konflik ekonomi dan politik dan juga di dalam buku ini
penulis menjelaskan masing-masing perkembangan hubungan antara utara dan
selatan secara spesifik. Yang menjadi kekurangan dalam buku ini adalah mengenai
bahasa terjemahannya yang masih agak sulit dipahami dan juga buku ini merupakan
buku terbitan lama, karena yang dibutuhkan pembaca adalah buku yang relevan
dengan informasi yang serba baru sesuai dengan waktunya pada saat ini.
Ϻagnificent gooԁs from you, man. I have bear
ReplyDeletein mіnd yоur stuff prior tο
and уоu aгe ѕimply extremely excellent.
I actually like ωhаt you havе recеіvеd here, certainly like what you're stating and the
way wherein you say it. Yοu'rе making it enjoyаble
and you сontinue to caгe foг tο kеep іt
wіse. I can't wait tο rеаd far more fгοm yоu.
This is actually a wonԁeгful site.
Ηегe іs mу weblog :: health care
Hey I know this is off topic but I was wondering
ReplyDeleteif you knew of any widgets I could add to my blog that automatically tweet my newest twitter
updates. I've been looking for a plug-in like this for quite some time and was hoping maybe you would have some experience with something like this.
Please let me know if you run into anything. I truly enjoy reading your blog
and I look forward to your new updates.
My page: dish network atwood in
Everyone loves it when folks get together and share views.
ReplyDeleteGreat site, keep it up!
my web page internet service provider cassadaga fl
Hey there! Someone in my Myspace group shared this
ReplyDeletewebsite with us so I came to give it a look. I'm definitely enjoying the information.
I'm book-marking and will be tweeting this to my followers!
Exceptional blog and great design.
Here is my site; her comment is here
Wow, marvelous weblog layout! How long have you ever been running a blog for?
ReplyDeleteyou make running a blog look easy. The whole look of your web site is wonderful, as
neatly as the content!
Have a look at my web site - internet service provider mc girk mo
I like it when folks come together and share opinions.
ReplyDeleteGreat website, keep it up!
Here is my website ... internet service provider manati pr
I blog frequently and I seriously appreciate your content.
ReplyDeleteYour article has really peaked my interest. I will book mark your site and
keep checking for new information about once a week. I subscribed to your Feed as well.
Feel free to surf to my web blog; hot stock picks for today